Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Forum ASEAN Fokuskan Diskusi pada Peluang Bisnis Inklusif di Sektor Agritech

Forum ASEAN Fokuskan Diskusi pada Peluang Bisnis Inklusif di Sektor Agritech Kredit Foto: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Warta Ekonomi, Nusa Dua, Bali -

Sekretaris General of the United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP or ESCAP), Armida Salsiah ALisjahbana, mengatakan, pada tahun 2022, 7% dari US$198 miliar aset yang dikelola di seluruh dunia dialokasikan untuk pengan dan pertanian. Karenanya, investasi di agriculture technology (agritech) sangatlah signifikan.

Dia menjelaskan, investasi global dalam startup agritech melampaui US$90 miliar pada awal 2021, dan dua tahun terakhir menyumbang setengah dari investasi.

Baca Juga: Dukung Bisnis Inklusif Kawasan ASEAN, Kemenkop-UKM Siap Gelar Perhelatan IB Summit ke-6 di Bali

"Data juga menunjukkan bahwa pendapatan bisnis inklusif di sektor ini tumbuh. Demikian pula pendapatan petani," ujarnya pada forum Regional Investment Forum for Inclusive Busniess In Agriculture and Food Systems, di Nusa Dua, Bali, Rabu (23/8/2023).

Menurutnya, saat ini dalam peningkatan bisnis inklusif dibutuhkan peningkatan investasi. Hal ini juga menjadi tantangan dalam meningkatkan skala dan dampak investasi di bisnis inklusif secara cepat.

"Di ESCAP, kami berkomitmen mengarusutamakan bisnis inklusif sebagai sarana penting untuk membangun perekonomian yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan tangguh," tegasnya.

Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM (Menkop-UKM) Teten Masduki mengatakan, bisnis inklusif bukan sekadar strategi, melainkan visi pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, inklusivitas manfaat dan kemajuan dapat diakses oleh semua kalangan, terutama kalangan yang berada di piramida terbawah (base of pyramid).

Pemanfaatan potensi sektor pertanian dapat mengatasi masalah-masalah mendesak seperti kemiskinan, kesenjangan, dan ketahanan pangan, seiring menjaga lingkungan untuk generasi mendatang.

"Kita harus memanfaatkan teknologi dan digitalisasi untuk memberdayakan UKM dan koperasi di sektor pertanian, serta meningkatkan pemantauan dan pelaporan menuju pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)," ujar Menkop Teten.

Dia menegaskan, Komenkop-UKM terus berkomitmen untuk mendukung dan mendorong inisiatif bisnis inklusif. Pasalnya, pertanian merupakan salah satu sektor terbesar dan memainkan peran penting di Asia Tenggara dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan hidup bagi jutaan orang, terutama di daerah pedesaan.

Seiring berkembangnya ASEAN, tantangan yang dihadapi oleh sektor agrikultur seperti praktik bisnis yang berkelanjutan (sustainable) dan inklusif makin penting untuk menjamin ketahanan pangan, melindungi lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

"Kami memahami bahwa kolaborasi dengan stakeholder seperti UN-ESCAP dan Yayasan Bill & Melinda Gates sangat penting dalam mendorong perubahan yang positif, dan kami sangat antusias untuk berkolaborasi untuk kebaikan masyarakat ASEAN," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: