Politik Uang Vs Integritas Bangsa: Saatnya Indonesia Pilih Masa Depan yang Bersih
Oleh: Achmad Nur Hidayat, Pakar Kebijakan Publik
Politik uang telah lama mengganggu estetika demokrasi Indonesia, menciptakan bayang-bayang yang mendung di atas Pemilu yang seharusnya murni dan bersih. Pemilu 2024, dengan segala sorotannya, menjadi bukti bahwa 'Serangan Fajar' ini tak kunjung reda.
Sebuah survei dari LIPI menyoroti bahwa hampir 40% responden telah menerima uang dari kandidat, tetapi tidak mempertimbangkan untuk memilih mereka. Data ini merisaukan, menunjukkan bagaimana politik uang telah meresap dalam mental kolektif kita.
Dampak buruk politik uang sungguh jelas: calon pemimpin yang terlibat berisiko menjadi koruptor ketika berkuasa. Mereka mungkin merasa memiliki 'utang' untuk mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan selama kampanye, mengabaikan kepentingan publik untuk keuntungan pribadi.
Baca Juga: Tantangan Kendaraan Listrik: Mengapa Solusi Ini Tak Efektif Atasi Polusi Udara?
Adalah salah jika pemilu dianggap sebagai peluang bisnis. Kepemimpinan yang lahir dari praktik ini cenderung mengutamakan kepentingan sesaat, bukan kebaikan masyarakat umum. Politik uang menciptakan pemimpin yang lebih mudah dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan besar, bukan oleh aspirasi rakyat.
Tumpahan Dampak Politik Uang yang Merugikan
Praktik politik uang oleh para calon kepala daerah dan wakil rakyat dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang merugikan.
Para politisi yang terlibat dalam praktik tersebut berpotensi menjadi koruptor saat mereka berkuasa. Para calon yang terbiasa melakukan politik uang cenderung akan mengeruk keuntungan yang lebih besar setelah mereka terpilih.
Beberapa kasus, masyarakat yang kurang edukasi terkadang berharap pada momen-momen seperti ini selama masa kampanye, karena mereka menginginkan pendapatan tambahan yang cepat.
Sayangnya, ketidaktahuan mereka tentang potensi masalah etika dan hukum yang mungkin timbul setelah pemilihan membuat mereka rentan terjebak dalam praktik ini.
Pentingnya edukasi yang konkret dari pemerintah terkait bahaya politik uang. edukasi tersebut harus menggambarkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh praktik politik uang terhadap tatanan pemerintahan dan kemajuan negara.
Tantangan Edukasi dan Tanggung Jawab Pemerintah
Upaya edukasi ini harus menyadarkan masyarakat akan bahaya praktik ini. Namun, hal ini tidak hanya berlaku untuk umum. bahwa pemerintah harus mengambil bagian ini dengan serius dan memberikan perintah tegas terhadap mereka yang terlibat dalam pratik politik uang.
Namun, kurangnya pendidikan bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi maraknya praktik politik uang.
Kondisi perekonomian yang sulit, ketidakpastian lapangan kerja dan kebutuhan sehari-hari yang mendesak membuat sebagian orang tergoda untuk menerima uang dalam bentuk politik uanga.
Mereka mungkin berpikir bahwa memilih calon yang memberikan uang adalah cara untuk memperbaiki situasi finansial mereka secara cepat.
Dampak dari praktik politik uang ini tidak bisa diabaikan. Bila calon yang terlibat dalam politik uang terpilih, mereka seringkali merasa memiliki kewajiban untuk 'mengembalikan modal' melalui praktek korupsi yang lebih besar saat berkuasa. Ini menciptakan lingkaran setan yang merugikan masyarakat secara keseluruhan.
Jangan harap negara bisa maju jika pemilihan dimenangkan melalui politik uang. Kepemimpinan yang terbentuk dari praktik ini akan cenderung menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Kepentingan rakyat pun menjadi hal yang bukan prioritas bagi mereka.
Politik uang hanya akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang mudah dipengaruhi oleh para oligarki, merugikan masyarakat luas.
Akhirnya, segala bentuk pembangunan hanya akan menguntungkan segelintir orang, sedangkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat tidak akan pernah terwujud.
KPU harus secara transparan mengumumkan siapa saja calon legislatif yang pernah terkena kasus korupsi. Hal ini penting agar masyarakat memiliki informasi yang lengkap untuk memilih calon yang memiliki rekam jejak integritas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement