Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tantangan Kendaraan Listrik: Mengapa Solusi Ini Tak Efektif Atasi Polusi Udara?

Tantangan Kendaraan Listrik: Mengapa Solusi Ini Tak Efektif Atasi Polusi Udara? Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perdebatan mengenai efektivitas kendaraan listrik dalam mengatasi polusi udara masih berlangsung dan terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Kendaraan listrik seringkali dianggap sebagai salah satu solusi potensial untuk mengurangi polusi udara dan dampak negatifnya terhadap lingkungan.

Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan pemahaman yang lebih mendalam, muncul pandangan bahwa kendaraan listrik mungkin tidak efektif sepenuhnya dalam mengatasi masalah polusi udara.

Co-founder Nafas, Piotr Jakubowski mengatakan bahwa tidak ada solusi yang cepat dalam menangani polusi udara di Jakarta, bahkan dengan mempertimbangkan penggunaan kendaraan listrik.

Baca Juga: Bukan Hanya Transportasi, IESR: Arah Angin Sangat Tentukan Polusi Udara di Jakarta

“Untuk menangani masalah (polusi udara) ini tidak ada metode solusi cepat dan sampai kita menerima informasi itu, kita bakal ditarik ke kanan dan kiri solusinya. Jadi, sampai dilakukan riset lebih lebih mendalam, bukan cuma sumbernya tapi kontribusi lebih spesifik lagi polusi di daerah itu,” jelas Piotr, dikutip dari kanal Youtube Grace Tahir pada Senin (28/8/2023).

Dalam menghadapi tantangan polusi udara, solusi yang efektif memerlukan pendekatan yang mendalam, menggabungkan berbagai teknologi dan tindakan untuk mencapai dampak yang nyata dalam menjaga kualitas udara yang lebih baik.

Satu aspek yang sering diabaikan adalah sumber energi yang digunakan untuk menghasilkan listrik yang mengisi kendaraan listrik. Jika sumber energi tersebut masih bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara atau minyak, maka dampak polusi tidak sepenuhnya teratasi. 

“Masalah EV (Electric Vehicle) bahwa sumber terbesar polusi sekarang ini dari pabrik batu bara. Kalau di luar negeri memang pakai EV, tapi jauh lebih clean. Tapi kalau di sini (Indonesia), listrik pun datangnya dari batu bara semua. Jadi, tidak teratasi sama sekali,” tegasnya.

Selain itu, kendaraan listrik seringkali dibanderol dengan harga yang jauh lebih mahal daripada kendaraan bermotor lainnya. Ketersediaan yang terbatas dan harga yang tinggi bisa menjadi hambatan bagi sebagian besar masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik.

“Untuk mengurangi polusi dengan kendaraan listrik ini menurut saya bukannya kita tidak bisa, tapi masih terlalu mahal. Mobil-mobil seperti itu, saat ini kita lihat masih digunakan oleh kalangan yang atas saja, sementara menengah ke bawah masih belum banyak yang pakai,” ujarnya.

Piotr mengungkapkan masalah polusi adalah persoalan yang sangat kompleks. Terdapat rekomendasi solusi jangka pendek yang mengharuskan keseimbangan antara aspek sosial, ekonomi, pertumbuhan negara, dan juga kesehatan. 

Semua elemen itu harus diatur dengan seimbang, dan diharapkan langkah-langkah masyarakat Jakarta selanjutnya akan memasuki tahap ini.

“Masalah polusi ini kompleks sekali, dan ada rekomendasi solusi jangka waktu yang pendek, yaitu menyeimbangkan semua sosial dan ekonomi, kebutuhan pertumbuhan negara, dan juga kesehatan. Ini semuanya harus balance dan itu kita berharap langkah selanjutnya ini kita masuk ke tahap itu,” tutup Piotr.

Baca Juga: Mencari Solusi Bagi Kesejahteraan Bersama: Polusi Udara, Salah Pemerintah atau Rakyat?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: