Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

AMI Berharap OKI Tidak Jadi Alat Propaganda China

AMI Berharap OKI Tidak Jadi Alat Propaganda China Kredit Foto: Reuters/Paul Yeung
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah China akhir-akhir ini sangat gencar mengundang negara atau organisasi dunia ke wilayah Xinjiang, yang menjadi rumah bagi jutaan muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya.

Kali ini, Beijing mengajak delegasi dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara, ‘pleserian’ di sejumlah tempat di wilayah Xinjiang, yang disebut China sebagai salah satu tempat indah penuh kedamaian dan kemakmuran di negaranya.

Otoritas Tiongkok membawa para delegasi OKI ke Urumqi, Kashgar, Changi dan Prefektur Otonomi Kizilsu Kyrgyzstan, di mana mereka disuguhi beragam pameran mengenai kontra-terorisme dan deradikalisasi, serta mengunjungi proyek revitalisasi pedesaan di daerah tersebut.

Para delegasi juga diajak mengunjungi beberapa keluarga etnis Uighur dan tokoh agama setempat, saat menjalani ibadah salat bersama di sebuah masjid.

Usai plesiran di beberapa tempat di Xinjiang yang di izinkan oleh otoritas Tiongkok, Ketua delegasi OKI, Dya Eddine Bamakhrama dan dekegasi asal Pakistan, Syed Mohammad Fawad Sher melontarkan pujian bahwasanya  kemakmuran dan pembangunan Xinjiang Tiongkok di bawah pemerintahan China berjalan sangat yang baik.

Merespons hal ini, Aliansi Mahasiswa Islam (AMI) meminta negara-negara muslim dunia khususnya Indonesia, untuk memperingatkan OKI agar tidak menjadi alat propaganda China dalam issue dan sentimen Uighur.

Koordinator sekaligus peneliti AMI, Andi Setya Negara, menyebut tiket gratis plesiran China patut diduga sebagai upaya Beijing memperbaiki sekaligus mengubah citra Xinjiang yang sebelumnya sarat pelanggaran HAM, menjadi wilayah terbaik bagi muslim Uighur serta etnis minoritas lainnya di sana.

“Pertama, kami melihat ini sebagai salah satu upaya China untuk mencari pembenaran bahwasanya tidak pernah terjadi pelanggaran HAM di wilayah Xinjiang, seperti yang dikatakan oleh negara barat maupun Eropa,” kata Andi Setya Negara kepada wartawan, Selasa, (30/8/2023).

Padahal, lanjut Andi Setya Negara, tidak sedikit fakta serta bukti telah terjadi pelanggaran berat HAM terhadap jutaan muslin Uighur, yang dapat dilihat pada sejumlah laporan media massa maupun media sosial.

AMI menyebut delegasi OKI seyogianya mengunjungi daerah yang diduga menjadi tempat terjadinya pelanggaran berat HAM, seperti kamp-kamp konsentrasi yang disebut Beijing sebagai tempat ‘pendidikan vokasi’ dimana jutaan muslim Uighur ditempatkan di sana.

“Kita tidak mendengar informasi maupun berita seputar hasil kunjungan para delegasi OKI ke kamp-kamp konsentrasi yang didirikan Beijing. Kalo benar baik-baik saja, ajak dong mereka blusukan ke kamp-kamp itu,” terang Andi Setya Negara.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia yang serius terhadap warga Uighur, termasuk penahanan sewenang-wenang di kamp dan penjara “pendidikan ulang”, pengawasan yang mengganggu, penghancuran situs keagamaan dan budaya, serta upaya untuk menghapuskan bahasa dan budaya Uighur.  

Warga Uyghur juga menjadi sasaran penyiksaan, sterilisasi paksa, dan kerja paksa. Negara-negara Muslim menahan diri untuk tidak bersuara mengenai perlakuan terhadap sesama Muslim agar tidak membuat marah Tiongkok, investor besar di negara-negara berkembang.

“Jika memang tidak ada permasalahan HAM, Beijing berani tidak ajak delegasi Amerika dan Eropa atau penggiat HAM internasional, blususkan di Xinjiang,” tutur Andi Setya Negara.

Dalam kesempatan ini, AMI mengingatkan OKI sebagai Organisasi Kerja Sama Islam terbesar di dunia, untuk tidak melanggar apalagi mengkhianati piagam yang menyatakan bahwasanya OKI berupaya menjaga hak, martabat dan identitas agama dan budaya komunitas Muslim dan minoritas di non-Negara Anggota.

AMI menyayangkan banyak negara muslim yang menjadi anggota OKI termasuk negara-negara di Timur Tengah, langsung mempercayai propaganda Tiongkok perihal kehidupan harmonis muslim Uighur dan etnis minoritas di Xinjiang.

“OKI kami ingatkan untuk tidak mengkhianati sesama muslim, sesama umat manusia yang sejatinya meyakini sebuah agama dan percaya dengan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Jangan ikuti faham komunis, ingat dosa di akhirat,” pungkas Andi Setya Negara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: