Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Di sisi lain, Prabowo telah meninggalkan sikap oposisi dengan bergabung dalam pemerintahan Jokowi periode kedua. “Meskipun berada dalam pemerintahan, pengaruh Prabowo masih cukup kuat di kalangan yang tidak puas terhadap kinerja pemerintah,” terang Hatta.
“Semakin menguatnya elektabilitas Prabowo usai kehebohan Piala Dunia U20 membuat basis pendukung Anies mulai bergeser ke kubu Prabowo,” lanjut Hatta. Ketidakjelasan partai-partai Koalisi Perubahan dalam menentukan cawapres membuat elektabilitas Anies terus tergerus.
Baca Juga: Hari ini PPP, Hanura, Perindo ke Kantor DPP PDIP Bahas Cawapres untuk Ganjar
Belakangan muncul nama Muhaimin Iskandar sebagai cawapres Anies dan buru-buru dideklarasikan, memicu Demokrat mundur dari koalisi. “Masih butuh waktu bagi pasangan Anies-Cak Imin untuk mengejar ketertinggalan dari Prabowo dan Ganjar,” tandas Hatta.
Sebelumnya sempat muncul wacana untuk menggabungkan Ganjar dan Anies menjadi pasangan capres-cawapres. “Di tengah stagnannya elektabilitas Ganjar dan melorotnya Anies, penyatuan kekuatan dari dua kubu yang kerap bertentangan itu menjadi alternatif,” Hatta menjelaskan.
Skenario Ganjar-Anies bisa mengimbangi Prabowo yang tren elektabilitasnya terus mengalami kenaikan. “Dengan telah dideklarasikannya Anies-Cak Imin, bukan tidak mungkin kesepakatan terjadi pada putaran kedua di mana Anies bakal mendukung Ganjar,” pungkas Hatta.
Baca Juga: Bertengger di Posisi Kedua Survei LSI, PPP Yakin Sandiaga Uno Bakal Dampingi Ganjar Pranowo
Survei CPCS dilakukan pada 21-27 Agustus 2023, dengan jumlah responden 1200 orang mewakili 34 provinsi yang diwawancarai secara tatap muka. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement