“Hanya saja memang perlu pengawasan ekstra agar beras Bulog tidak dioplos seperti beberapa waktu lalu,” jelas Amin.
Menurut Amin, kecilnya pasokan beras yang diterima pedagang beras kelompok UKM ini menjadi faktor yang mempengaruhi melambungnya harga beras. Padahal Bulog mengklaim sudah melalukan operasi beras.
Baca Juga: Sandiaga Apresiasi Dukungan Komisi X DPR dalam Pembahasan RKA-KL Kemenparekraf TA 2024
“Memang ada keterlambatan operasi pasar, tetapi setelah operasi pasar dilakukan Bulog mestinya harga ikut turun. Ini kok nggak, artinya psikologis pasar masih belum bisa ditenangkan oleh operasi pasar ini,” kata Amin.
Wakil Rakyat dari Dapil Jatim IV itu juga meminta Kementerian Pertanian (Kementan) ikut menenangkan pasar. Kementan menjamin akhir tahun ini akan ada panen dalam jumlah cukup besar setelah Kementan meluncurkan program jumlah tanam tambahan seluas 500 ribu hektar.
“Jika rata-rata dihasilkan 5,5 ton per hektar saja, maka akan ada tambahan produksi 2,75 juta ton gabah atau setara sedikitnya 1,65 juta ton beras. Jumlah tersebut merupakan bagian dari antisipasi dampak el nino yang membuat produksi turun,” ujarnya.
Kementan memprediksi, el Nino akan berdampak pada turunnya produksi sebesar 5% atau setara 1,5 juta ton. Sehingga secara agregat, produksi beras semestinya mencukupi hingga kwartal pertama tahun 2024.
Namun demikian, Amin mengingatkan Bulog agar bergerak cepat untuk menyerap gabah petani. Karena saat ini, Bulog harus bersaing dengan pemain-pemain besar yang berani membeli gabah petani dengan harga tinggi.
Baca Juga: DPR Minta Pemerintah Pertahankan PLTU, Ini Alasannya
“Fenomena harga gabah tinggi ini harus diantisipasi agar lonjakan harga beras tidak berlarut-larut hingga tahun depan,” kata Amin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement