Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

PLN Beberkan Strategi Transisi Energi untuk Pemenuhan Trilema Energi

PLN Beberkan Strategi Transisi Energi untuk Pemenuhan Trilema Energi Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berbagai perusahaan Indonesia kini terus mengupayakan langkah-langkah guna mencapai ketahanan dan kemandirian energi nasional, termasuk PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Cita Dewi, Kepala Satuan Supply Chain Management and Procurement PLN Indonesia Power, menjelaskan bahwa pemerintah dan PLN tengah berkomitmen untuk mencanangkan masa transisi energi melalui strategi trilema energi.

Istilah trilema energi mencakup tiga aspek krusial yang harus dipertimbangkan dalam pengelolaan energi, yaitu keamanan energi (energy security), kesetaraan energi (energy equity), dan keberlanjutan lingkungan (environmental sustainability).

Baca Juga: Cara Tingkatkan Ketahanan Energi: Percepat Transisi Energi & Kurangi Konsumsi Bahan Bakar Fosil

Cita mengungkapkan bahwa renewable energy akan dibangun secara bertahap untuk menggantikan pembangkit fossil-energy based, dan akan menjadi sumber energi utama pada tahun 2060.

“Bagaimana kita bisa melakukan dekarbonisasi, ada skenario yang sudah dilakukan oleh pemerintah dan PLN juga sedang melakukan rencana renewable energy yang ditargetkan di 2060. Kalau kita lihat di 2020 ada kontribusi fosil dari batu bara memang mayoritas 50% lebih,” ungkap Cita, dikutip dalam forum Dialog 85 Tahun Sinar Mas: Tren, Inovasi & Peluang Energi Terbarukan pada Minggu (17/9/2023).

Selain rencana membangun energi baru secara bertahap, PLN juga membangun grid interkoneksi yang lebih fleksibel. Hal ini bertujuan untuk mengakomodasi sumber energi terbarukan (renewable energy) yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.

Dengan grid interkoneksi yang kuat dan fleksibel, PLN dapat mengintegrasikan dengan lebih baik energi terbarukan ke dalam jaringan listrik nasional.

PLN juga telah merumuskan strategi jangka menengah, yang tertuang dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), serta strategi jangka panjang guna mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Langkah-langkah strategis ini mencakup pengembangan infrastruktur energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengoptimalan sumber daya.

Adapun dalam upaya dekarbonisasi pembangkit listrik berbahan listrik, PLN melakukan pembatalan pembangunan 13,3 GW PLTU baru yang sebelumnya direncanakan dalam RUPTL 2019-2028.

“Kita juga sudah membatalkan sebelumnya di PLTU 13 GW, digantikan oleh pembangkit renewable termasuk pembangkit di base root-line, kemudian dari co-firing biomassa akan menargetkan 52 PLTU pada 2025 dan sudah dilakukan di 41 PLTU, meskipun ini tantangannya adalah bagaimana kita bisa mendapatkan biomassa 10 juta ton,” ujarnya.

Cita mengatakan bahwa penerapan co-firing biomassa mencapai 10 juta ton memang penuh tantangan karena batu bara yang sejatinya digunakan untuk pembangkit listrik PLTU jadi diganti menggunakan biomassa yang tentunya harus memiliki spesifikasi hampir sama dengan batu bara.

“Kita berharap ada peraturan yang dapat meningkatkan minat pasar, sehingga PLN dapat melakukan transaksi bisnis ke bisnis (B2B) yang lebih seimbang secara ekonomi terkait dengan biomassa,” tutur Cita.

Baca Juga: Gandeng Hyundai KEFICO, PLN ICON Plus Siap Kembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik RI

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: