Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lahirkan Inovasi Soal Blue Carbon hingga Mangrove, AIS Forum Terus Dongkrak Tata Kelola Laut

Lahirkan Inovasi Soal Blue Carbon hingga Mangrove, AIS Forum Terus Dongkrak Tata Kelola Laut Kredit Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo/rwa.
Warta Ekonomi, Badung, Bali -

Forum Negara-Negara Pulau dan Kepulauan atau Archipelagic and Island States (AIS) Forum berkomitmen mewujudkan berbagai terobosan dan solusi cerdas yang inovatif bagi masa depan laut berkelanjutan. Seperti tertuang dalam Deklarasi Bersama Manado, sebagai awal terbentuknya AIS Forum pada 1 November 2018 yang disepakati oleh 47 negara sebelum berkembang menjadi 51 negara seperti sekarang, terdapat empat fokus  yang akan dikolaborasikan. 

Meliputi, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim seperti ekonomi biru dan ekowisata; sampah plastik laut; dan tata kelola laut yang berkelanjutan. Mitigasi perubahan iklim melibatkan tindakan yang mengurangi laju perubahan iklim. Sedangkan, ekonomi biru adalah upaya untuk menjaga lingkungan laut demi kemakmuran terbesar bagi masyarakat, melalui pemanfaatan sumber daya laut dengan prinsip-prinsip ekonomi biru. 

Baca Juga: Menyelam hingga Pantau Kondisi Air Laut, Drone Indonesia Kantongi Hati Delegasi AIS Forum!

Penanganan sampah laut menjadi hal penting karena ada lebih dari 300 juta ton plastik diproduksi setiap tahun yang separuhnya digunakan untuk barang-barang sekali pakai. Setidaknya, 8 juta ton plastik masuk ke lautan kita setiap tahun. Limbah plastik menyumbang 80 persen dari semua sampah laut, dari perairan permukaan hingga ke sedimen laut dalam.

Sedangkan, tata kelola laut yang berkelanjutan adalah pelaksanaan terpadu kebijakan, tindakan, dan urusan yang berkaitan dengan lautan negara-negara kepulauan dan pulau untuk melindungi lingkungan laut, penggunaan yang berkelanjutan dari sumber daya pesisir dan laut, serta konservasi biodiversitasnya. Oleh sebab itu, dalam sejumlah kesempatan pascadeklarasi, AIS Forum mulai menggembangkan aneka inovasi sebagai nilai-nilai dasar dalam bentuk solusi cerdas dan inovatif. 

Dalam perkembangannya, AIS Forum telah menciptakan kemitraan internasional untuk mengembangkan solusi inovatif. Inisiatif ini mengubah tantangan besar ini menjadi peluang untuk inovasi dan pemikiran kreatif. Misalnya, aplikasi Konversi Karbon Padang Lamun (Seagrass Carbon Converter/SCC) yang merupakan aplikasi berbasis web untuk menghitung cadangan dan penyerapan karbon di padang lamun. 

Melalui aplikasi yang dikembangkan Sekretariat AIS Forum bersama Pusat Penelitian Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu dapat diperkirakan cadangan karbon dan penyerapan padang lamun di kawasan pesisir dari negara-negara anggota AIS Forum.  Seperti diketahui, lamun merupakan tanaman hijau yang tumbuh di dasar laut dangkal antara 0--10 meter dan menjadi penyerap karbon terbaik serta menjadi pengendali perubahan iklim. Dalam tiap satu hektare padang lamun, karbon yang mampu diserap mencapai 6,59 ton per tahun. 

Baca Juga: Tak Cuma Sinergi, Wadah Inovasi Ekonomi Biru Telah Hadir Lewat KTT AIS Forum di Bali

SCC bekerja dengan mengubah biomassa, kepadatan, dan persentase tutupan padang lamun menjadi stok dan penyerapan karbon. Aplikasi itu dapat membantu semua pihak terutama negara-negara pulau dan kepulauan untuk memahami potensi keseimbangan karbon biru dari ekosistem padang lamun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: