Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Alasan Elite Politik Enggan Berkomitmen Serius dalam Penanganan Krisis Iklim

Alasan Elite Politik Enggan Berkomitmen Serius dalam Penanganan Krisis Iklim Kredit Foto: Imamatul Silfia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai keengganan elite politik dalam berkomitmen secara lebih serius terhadap penanganan krisis iklim dan transisi energi terkait erat dengan aliran dana kampanye dari industri fosil. 

Bhima menyebut, konflik kepentingan yang menghasilkan kebijakan penghambat transisi energi bermula dari belum transparannya dana kampanye para kandidat Pemilu. 

“Hasil studi Celios menunjukkan sebanyak 89% pemilih berusia muda menginginkan adanya percepatan penutupan PLTU batu bara dan sebanyak 60% menginginkan agar energi terbarukan semakin mendominasi dalam bauran energi nasional," ujar Bhima dalam diskusi media bertajuk Gerakan Power Up Indonesia: Orang Muda Menagih Komitmen Iklim Calon Presiden, Kamis (19/10/2023).

Baca Juga: Tak Ada Capres yang Punya Komitmen Kuat dalam Transisi Energi

Meski begitu, desakan dari generasi muda seringkali diabaikan, kalah dengan kepentingan pelaku usaha di sektor fosil yang mendanai para kandidat Pemilu. 

Dana-dana gelap energi kotor sebagian sulit dilacak yang membuat pemilih muda seringkali hanya dijadikan target suara, sementara aspirasinya dalam bentuk program aksi yang nyata tidak diakomodasi oleh para kandidat elektoral. 

"Kampanye terkait transisi energi misalnya hanya senyap terdengar dalam berbagai kesempatan penampilan para Capres dan Caleg di publik," ucapnya. 

Sementara itu, Co-Inisiator Bijak Memilih, Andhyta Firselly Utami mengungkapkan pentingnya memiliki kerangka yang tepat dalam menilai dan memilih partai maupun calon presiden yang akan mendorong kebijakan sesuai harapan masyarakat.

“Sebagai seseorang yang sudah bekerja di isu ekonomi dan lingkungan dalam 10 tahun terakhir, saya melihat bahwa kita memasuki momentum baru, di mana diskusinya sudah harus naik kelas dari ‘apakah perlu mengambil langkah serius’ (jawabannya sangat perlu) menjadi ‘bagaimana mendesain solusi yang tepat dan sesuai untuk menyelesaikan tantangan ini dalam konteks Indonesia," ujar Andhtya.

Andhtya mengatakan, melalui inisiatif Bijak Memilih, pihaknya bertujuan agar masyarakat, khususnya pemilih muda dengan persentase suara terbanyak, bijak dalam memilih pemimpin.

"Hal itu dapat membuat pilihan yang didasarkan oleh kerangka berpikir yang tepat dan informasi yang berkualitas, bukan hanya sekadar viralitas," ucapnya. 

Baca Juga: Kembangkan Pengelolaan Petrokimia, Elnusa Tunjukkan Keseriusan dalam Program Transisi Energi

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: