Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menumbuhkan Minat Baca Anak-Anak dari Pelosok Grobogan

Menumbuhkan Minat Baca Anak-Anak dari Pelosok Grobogan Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Grobogan -

Peningkatan minat baca anak-anak Indonesia akan memberi kontribusi positif dalam menyambut generasi Indonesia Emas 2045. Sayangnya, menumbuhkan minat baca bukan perkara mudah.

Ruang perpustakaan di Rumah Baca Bintang tidak terlalu besar. Di dalamnya buku-buku tertata dengan rapi dalam deretan rak berwarna putih. Di atas rak-rak buku terdapat tumpukan mainan, sengaja disiapkan supaya anak-anak betah berada di dalam perpustakaan. Lantai perpustakaan beralaskan semen yang dilapisi terpal berwarna putih polos bekas spanduk.

Rumah Baca Bintang rutin disambangi anak-anak dari Dusun Jajar, Desa Sumberjosari, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Kalau ada kunjungan murid sekolah dasar, ruang perpustakaan akan penuh sesak oleh para murid. Mereka gembira dan antusias mengunjungi perpustakaan ini, apalagi kalau sudah melihat boneka tangan yang dimainkan oleh Yulianto (33), seorang pegiat literasi sekaligus pengelola Rumah Baca Bintang.

“Anak-anak antusias di Rumah Baca Bintang. Jika ada kunjungan dari sekolah, ruang perpustakaan ini penuh dengan pengunjung,” katanya kepada Warta Ekonomi, Selasa (31/10/2023).

Baca Juga: Apresiasi Kinerja Pengurus Forum Anak Nasional, Menteri PPPA: Terus Jadi Inspirasi Anak-anak

Yulianto menjelaskan, kisah dirinya mendirikan Rumah Baca Bintang bermula dari pengalaman masa kecil yang sulit mendapatkan ke akses ke buku bacaan. Satu-satunya lembaga penyedia buku bacaan adalah perpustakaan sekolah. Hanya saja ketersediaan buku bacaan di perpustakaan sekolah sangat terbatas. 

Selain itu, ia mendirikan Rumah Baca Bintang karena memiliki cita-cita mulia untuk meningkatkan minat baca anak-anak tetangga sekitar di kampung halaman. Ia mengaku prihatin dengan minat baca masyarakat yang cukup rendah, khususnya di daerah ia tinggal. Ia percaya peningkatan minat baca adalah cara paling efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

“Saya yakin bahwa keputusan untuk mendirikan Rumah Baca Bintang sedikit banyak akan membantu masyarakat, khususnya yang haus akan ilmu pengetahuan,” paparnya.

Perlu diakui, Indonesia memang mengalami krisis minat baca. Berdasarkan laporan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen yang artinya hanya satu orang yang rajin membaca dari 1.000 orang Indonesia.

Survei Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Cooperation and Development/OECD) juga memperlihatkan kelamnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. OECD melaporkan dalam survei Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2019, Indonesia berada pada urutan ke-62 dari 70 negara dalam tingkat literasi.

Mewujudkan cita-cita mulia untuk meningkatkan minat baca anak-anak di daerah Grobogan ternyata penuh dengan perjuangan. Pada masa awal pendirian Rumah Baca Bintang Yulianto menjumpai berbagai macam tantangan mulai dari keterbatasan fasilitas, buku rusak, hingga kehilangan koleksi buku.

“Rumah Baca Bintang berdiri secara mandiri dengan kondisi yang serba sederhana,” tuturnya.

Penuh Keterbatasan

Tantangan pertama yang dihadapi oleh Yulianto saat mendirikan Rumah Baca Bintang ialah keterbatasan koleksi dan topik buku. Ia menjelaskan buku bacaan masih terbatas karena hanya berasal dari koleksi pribadi. Padahal, keragaman topik buku diperlukan agar perpustakaan ini bisa menjangkau seluruh kalangan.

“Saya menyisihkan sebagian rezeki untuk membeli buku guna menambah koleksi bahan bacaan,” katanya.

Pria lulusan sarjana Ilmu Perpustakaan dari Universitas Terbuka Purwodadi ini mulai mengumpulkan buku sejak tahun 2011. Selama empat tahun ia berhasil mengumpulkan sebanyak 150 buku. Pada tahun 2015 secara resmi ia mendirikan Rumah Baca Bintang di lokasi tempat dia tinggal, tepatnya di ruang tamu seluas 3x4 meter.

Karena keterbatasan dana, ia memanfaatkan segala jenis barang yang tersedia di rumah untuk dijadikan sebagai fasilitas pendukung perpustakaan. Ia terpaksa menjadikan kardus dan kotak kayu bekas wadah telur sebagai rak buku. Kemudian ia menjadikan terpal putih polos bekas spanduk sebagai alas membaca.

“Kondisi memang serba sederhana,” ingatnya.

Selain keterbatasan, ia juga mengalami tantangan lain berupa kebutuhan untuk mengedukasi pengunjung perpustakaan. Pada awal berdiri ada banyak pengunjung yang belum memiliki kebiasaan menjaga dan merawat buku bacaan. Ada pula pengunjung yang meminjam buku namun tidak mengembalikannya ke perpustakaan.

Bahkan, ada pula segelintir masyarakat yang menganggap dirinya kurang kerjaan karena memilih aktif di kegiatan literasi. Ia juga dicap sebagai pria sok peduli literasi oleh segelintir orang.

“Banyak buku yang dipinjam namun tidak kembali. Juga banyak buku rusak karena tak dijaga anak-anak,” jelasnya.

Meningkatkan minat baca masyarakat Grobogan juga memiliki tantangan tersendiri. Tidak semua orang punya mau menyisihkan waktu untuk membaca karena dianggap pekerjaan 

kurang bermanfaat. Ada beberapa orang dewasa yang memiliki anggapan bahwa lebih baik bekerja dan mendapatkan uang dibandingkan membaca buku.

Oleh karena itu, ia memutuskan untuk lebih fokus mengajak anak-anak. Salah satu sisi positif anak-anak adalah lebih mudah mengubah perilaku dan memulai kebiasaan membaca. Ia meyakini, peningkatan minat baca itu merupakan proses pembinaan jangka panjang. Sebelum melakukan pembinaan, hal yang pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan daya tarik agar anak-anak mau mendatangi perpustakaan.

Cara yang dilakukan Yulianto untuk meningkatkan daya tarik perpustakaan adalah dengan menyediakan mainan dan alat-alat bermain. Selain itu, ia memanfaatkan boneka tangan sebagai media untuk mendekatkan diri dengan anak-anak. Cara memperkenalkan perpustakaan dan buku bacaan dengan media boneka tangan sejauh ini cukup efektif.

“Di Rumah Baca Bintang anak-anak tidak sekadar membaca, namun juga bisa bermain,” katanya.

Pria yang memiliki hobi membaca ini menyiapkan beberapa program literasi guna lebih menumbuhkan kebiasaan membaca. Beberapa program literasi tersebut seperti menyediakan bahan bacaan yang lebih beragam, melakukan pembinaan minat baca, hingga melakukan kegiatan edukasi literasi.

Selain program literasi, Rumah Baca Bintang juga menjalankan program pemberdayaan warga sekitar khususnya kaum ibu. Program pemberdayaan tersebut seperti membuat hasta karya atau membuat kue untuk dijual.

“Rumah Baca Bintang juga mengedukasi masyarakat untuk memperlakukan buku dengan baik,” ujarnya.

Baca Juga: Apresiasi Kinerja Pengurus Forum Anak Nasional, Menteri PPPA: Terus Jadi Inspirasi Anak-anak

Membuahkan Hasil

Perjuangan Yulianto bersama dengan Rumah Baca Bintang mulai membuahkan hasil. Saat ini anak-anak di Desa Sumberjosari, Grobogan, sudah mulai mengalami peningkatan minat baca. Bahkan, para orang tua yang selama ini kerap mendampingi anak-anak ke Rumah Baca Bintang juga mulai tertarik membuka buku bacaan.

“Saat ini tingkat minat baca masyarakat sudah cukup baik,” tegasnya.

Saat ini ada sekitar 40 anak lebih yang setiap hari rutin mengunjungi Rumah Baca Bintang. Sejak buka pukul delapan pagi sudah ada pengunjung yang datang. Pengunjung terus berdatangan hingga perpustakaan ini tutup pada pukul sembilan malam.

Pria kelahiran tahun 1990 ini optimis minat baca anak-anak di wilayah Grobogan akan terus meningkat. Ia percaya peningkatan minat baca tersebut akan menjadi modal bagi anak-anak untuk memperbaiki kualitas hidup mereka ke depan. Hal itu karena peningkatan minat baca akan meningkatkan wawasan dan pemahaman, rasa percaya diri, hingga keterampilan komunikasi.

“Dengan minat baca tinggi, saya percaya masa depan anak-anak Grobogan akan menjadi lebih baik,” yakinnya.

Saat ini ia mulai memperluas jangkauan manfaat dengan melakukan kegiatan literasi ke luar daerah seperti Pati, Semarang, Kudus, hingga Boyolali. Dengan menggunakan sepeda motor, ia membawa tumpukan buku dan media boneka tangan untuk memperkenalkan kegiatan literasi kepada generasi muda.

“Saya naik motor dengan membawa buku-buku dan boneka saat mengunjungi sekolah hingga taman pendidikan Al-Quran,” pungkasnya.

Yulianto cukup banyak menerima penghargaan atas konsistensi selama delapan tahun aktif di bidang literasi. Beberapa penghargaan yang diterima seperti menerima apresiasi Satu Indonesia Awards tingkat Provinsi Jawa Tengah di bidang Pendidikan hingga menerima boneka pustaka dari Duta Baca Indonesia Najwa Shihab.

Penulis: Cahyo Prayogo

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: