Wujudkan Net Zero Emission di 2060, Perusahaan Asal Finlandia Bocorkan Kuncinya, Ini Dia!
Perusahaan asal Finlandia, Wärtsilä Energy mendukung pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, dan menekankan pentingnya visi 100% energi terbarukan.
Presiden Wärtsilä Energy, Anders Lindberg memaparkan pentingnya ketenagalistrikan dalam upaya dekarbonisasi. Menurutnya, jalan menuju net zero merupakan sebuah pendakian yang menanjak, yang membutuhkan penggunaan kapasitas energi terbarukan sebesar 1.100 GW di seluruh Asia Tenggara dalam 30 tahun mendatang. Baca Juga: Kemenko Marves Tegaskan Pentingnya Dekarbonisasi Indonesia Menuju Net Zero
"Sebagai gambaran, kita perlu menambahkan lebih dari 25 GW kapasitas tenaga surya dan angin setiap tahunnya hingga tahun 2050. Meskipun jumlah ini setara dengan seluruh kapasitas yang ada saat ini di kawasan ini, namun hal ini dapat dilakukan," ujarnya saat konferensi pers di ICE BSD, Tangerang, Rabu (15/11/2023).
Oleh sebab itu, beliau menekannya pentingnya fleksibilitas melalui penggunaan teknologi-teknologi terbaru. Pasalnya menambahkan energi terbarukan saja, tanpa menambahkan fleksibilitas, adalah jalan buntu menuju net zero.
“Energi terbarukan memiliki tantangan tersendiri karena produksi energinya bersifat intermiten dan sangat bervariasi. Oleh karena itu, energi tersebut perlu diimbangi dengan kapasitas yang fleksibel seperti mesin penyeimbang jaringan dan penyimpanan energi untuk memastikan daya yang stabil dan andal," jelasnya.
Lebih lanjut, Dia meyakini, fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan memilih teknologi yang tepat dan tahan masa depan serta merancang pasar energi yang fleksibel.
"Di Wärtsilä kami percaya bahwa net zero dapat terlaksana secara ekonomi, semua teknologi yang kita perlukan untuk mencapai net zero sudah ada, dan fleksibilitas adalah kunci untuk mewujudkan tujuan iklim yang telah dicanangkan," tuturnya. Baca Juga: Dongkrak Energi Terbarukan, PLN Buka Peluang Sinergi Bareng China dan Malaysia
Tahun lalu, katanya, Wärtsilä telah membuat model sistem ketenagalistrikan net zero di Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa sistem tenaga listrik yang fleksibel dapat mendukung integrasi lebih banyak energi terbarukan.
"Dan ketika mempertimbangkan kemungkinan pajak karbon di masa depan, bauran energi yang hemat biaya dapat menurunkan tingkat biaya listrik sebesar lebih dari 20%. Jadi, dengan berinvestasi pada energi terbarukan, kita tidak hanya dapat mengurangi emisi CO2, namun juga mengurangi biaya listrik secara keseluruhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Advertisement