Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Next Level AI Conference Wadahi Para Pelaku Bisnis dalam Pemanfaatan Artificial Intelligence

Next Level AI Conference Wadahi Para Pelaku Bisnis dalam Pemanfaatan Artificial Intelligence Kredit Foto: Nexa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tren pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di dunia bisnis semakin menunjukkan manfaat yang signifikan. Hal ini membawa dampak positif dalam berbagai sektor kehidupan, terutama dalam segi bisnis.

Hal tersebut disampaikan Presiden Direktur PT Internet Mulia Untuk Negeri (Nexa), Priyo Suyono, dalam sambutannya saat membuka Next Level AI Conference: Unlocking Business Opportunities and Efficiency with Artificial Intelligence.

Pada acara ini, fokus pembahasan dipusatkan pada potensi pemanfaatan teknologi AI di lingkungan bisnis, mulai dari meningkatkan efisiensi, menciptakan peluang bisnis baru, sampai meningkatkan ketahanan cyber security organisasi. “Saya juga berharap kegiatan ini dapat menjadi wadah networking dan menjembatani para pelaku ekosistem ekonomi digital di Indonesia,” tambah Priyo.

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia, Nezar Patria yang hadir memberikan keynote speech menjelaskan bahwa dalam lanskap bisnis yang berkembang pesat, integrasi AI telah menghasilkan efisiensi dan peluang dalam bisnis.

Nezar juga mengingatkan dalam pemanfaatan AI, penting untuk mempertimbangkan dengan cermat tantangan secara kompleks. Untuk itu, diperlukan tata kelola AI yang tepat.

“Saat ini Kementerian Kominfo tengah menyusun Surat Edaran Menteri Kominfo tentang Pedoman Etika Kecerdasan Artifisial yang akan menjadi panduan etika untuk organisasi dan perusahaan yang menggunakan AI,” jelasnya.
Baca Juga: Artificial Intelligence Center Indonesia: Kenalkan dan Kembangkan AI Bersinergi dengan Pendidikan
Perlu masukan dari para pemangku kepentingan agar Indonesia memiliki formula pedoman AI yang menjawab kebutuhan masyarakat, bangsa, dan negara. 

Bicara soal peluang, dalam sesi “Beyond the AI Hype: Separating Fact from Fiction”, Co-Founder KORIKA dan Profesor ITB, Bambang Riyanto Trilaksono, menjelaskan tren teknologi AI yang akan terus berkembang dengan cepat. “Saat ini, kita berada di dalam era Artificial Narrow Intelligence (ANI), atau AI yang mengerjakan tugas-tugas yang spesifik,” ungkap Bambang.

Meski baru di level ANI, sudah banyak proses bisnis yang dapat dikerjakan oleh AI, seperti yang ditunjukkan tools seperti ChatGPT. Ke depan, perkembangan AI akan bergerak ke Artificial General Intelligence (AGI) yang lebih cerdas dan dapat mengerjakan pekerjaan yang lebih kompleks.

Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Universitas Dian Nuswantoro, Pulung Nurtantio Andono juga mencontohkan beberapa implementasi AI yang langsung dirasakan masyarakat. Contohnya penggunaan teknologi AI untuk membantu petani dan nelayan dalam meningkatkan produktivitasnya. “Ke depan, akan semakin banyak persoalan sehari-hari yang bisa diselesaikan oleh AI,” ungkap Prof. Pulung.

Lebih lanjut mengenai implementasi, dalam sesi “Real-World Journey of AI Implementation”, tampil tiga institusi yang telah mulai mengadopsi AI. Contohnya Departemen Kesehatan yang membuat virtual assistant bagi ibu balita.

Seperti diungkap Setiaji (Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan dan Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan), virtual assistant ini akan tampil dalam bentuk video di akun Whatsapp sang ibu, dan akan membacakan hasil pemeriksaan bayi yang diperiksa di fasilitas kesehatan. “Jadi ibu bisa lebih paham proses tumbuh kembang anak,” tambah Setiaji.

Sementara CTO RCTI+, Rio Anugrah, berbagi pengalaman implementasi AI di industri media. Contohnya dalam menyajikan konten yang relevan dan sesuai dengan referensi pengguna. Sedangkan CEO Botika, Ditto Anindita, menggambarkan implementasi AI di area penyiar berita virtual, di mana penyiar ini bisa membacakan berita dengan mimik wajah yang mirip dengan penyiar betulan.

“Teknologi Generative AI muncul sebagai kekuatan dalam aplikasi bisnis, mengantarkan inovasi, efisiensi, dan pengalaman pelanggan yang unggul di seluruh dunia dari berbagai sektor,” ungkap Ditto.

Baca Juga: JULO Dukung Roadmap OJK Terkait Pemanfaatan Artificial Intelligence dalam Pengelolaan Manajemen Risiko

Implementasi AI pun semakin mudah berkat kehadiran platform siap pakai yang disediakan penyedia solusi seperti Microsoft dan Google. Seperti diungkap Megawaty Khie (Director, Channels and Strategic Partnership, South East Asia, Google Cloud), Google saat ini aktif menggunakan teknologi AI di layanan mereka seperti Gmail, Drive, sampai Youtube. Teknologi AI ini kemudian ditawarkan Google bagi perusahaan yang ingin memanfaatkan AI di dalam proses bisnisnya.

Demikian pula Microsoft yang menyediakan Copilot, sebuah set of tools yang diintegrasikan ke software Microsoft seperti Office 365. Seperti diungkap Panji Wasmana (Director, National Technology Officer Microsoft Indonesia), Copilot ini berfungsi meningkatkan produktivitas sekaligus menyederhanakan pekerjaan karyawan. “Perlu dipahami jika AI hanya co-pilot dan kita adalah pilot yang menginstruksikan apa yang harus dilakukan AI,” jelas Panji.

Meski menawarkan banyak keuntungan, Megawaty Khie dan Panji Wasmana sepakat pentingnya etika dalam implementasi AI. Selain itu, peran people alias talenta tetap krusial dalam mengembangkan teknologi ini. Karena itulah baik Google dan Microsoft menyediakan berbagai pelatihan gratis bagi talenta Indonesia yang ingin mengembangkan skills di bidang AI.

Pada konferensi ini juga didiskusikan mengenai “AI's Role in Guarding the Digital Frontier” dengan pembicara Cyber Security Expert, Gildas Deograt dan Hana Abriyansyah, serta Head of Solution Architect Alibaba Cloud Indonesia, Eggy Tanuwijaya.

Eggy bercerita soal kasus serangan siber, terutama banyak terjadi di tahun lalu. Menanggapi hal tersebut, Hana menjelaskan, “AI dapat berpotensi menimbulkan risiko terhadap industri di mana AI tersebut diimplementasikan, termasuk dalam industri cyber security.”

Meski begitu, Hana melanjutkan, keuntungan dari implementasi AI pada area cyber security masih lebih besar dibandingkan dengan kontroversi yang ada.

Pada dasarnya, menurut Gildas, teknologi itu netral. “AI akan berbahaya jika kita tidak menggunakannya dengan bijak,” jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: