Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengadilan Agama Diminta Bersiap Hadapi Fenomena 'Caleg Stress' Digugat Cerai, Ahmad Sahroni: Pasti Melonjak, Percaya Deh!

Pengadilan Agama Diminta Bersiap Hadapi Fenomena 'Caleg Stress' Digugat Cerai, Ahmad Sahroni: Pasti Melonjak, Percaya Deh! Kredit Foto: Andi Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di paruh masa kampanye ini, selain paslon capres-cawapres, geliat para calon anggota legislatif (caleg) juga terlihat kian masif. Namun seperti yang kita ketahui, proses sosialisasi caleg kepada masyarakat, tentu tidak memakan biaya yang sedikit.

Karenanya, terdapat fenomena yang dikenal dengan sebutan “caleg stress” setelah pemilu usai. Mereka merupakan para caleg yang kalah dan mengalami depresi mental, bahkan banyak yang digugat cerai pasangannya.

Menariknya, ini bukan merupakan kejadian baru, melainkan berulang dan telah terjadi pada periode pemilu legislatif sebelumnya. Dilansir dari laman nu.or.id, pada tahun 2009 saja, pasca pemilu legislatif, Pengadilan Agama Kota Bekasi mengaku permohonan pengajuan cerai di tempatnya, meningkat pesat.

Karenanya, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni pun turut memberi pesan menggelitik kepada Pengadilan Agama di seluruh daerah.

Sebagai politikus yang telah lolos ke Senayan selama dua periode, Sahroni yang juga merupakan caleg dari Dapil DKI Jakarta 3 ini mengatakan bahwa fenomena tersebut, kemungkinan besar akan kembali terjadi.

“Ini fenomena yang unik dan betul-betul terjadi setiap pemilu legislatif diadakan. Jadi, daripada keteteran karena kaget terima banyak permohonan gugatan cerai, Pengadilan Agama mending bersiap-siap dari sekarang. Karena percaya nggak percaya, yang beginian banyak bener. Pasti (permohonan gugatan) melonjak, percaya deh,” ujar Sahroni dalam keterangan (27/12).

Namun selain itu, Sahroni juga menyampaikan pesan kepada sesama caleg di seluruh daerah yang tengah memperjuangkan visi misinya.

Menurut Sahroni, tujuan terjun ke dunia politik tidak boleh karena mengejar uang. Karena baginya, politik merupakan wadah pengabdian, bukan tempat memanfaatkan kekuasaan.

“Makanya bapak ibu yang nyaleg, berkampanye lah sesuai kemampuan. Malah kalau bisa, sebelum jadi caleg, bapak ibu telah matang secara finansial, tidak masih mikir ini itu. Karena politik itu bukan tempat buat cari-cari duit, bisa repot nanti kalau masih begitu pola pikirnya. Kalau sudah siap mengabdi boleh ke sini, kalau belum siap, sebaiknya jangan. Nanti stress, karena sudah pasti nggak balik modal,” tutup Sahroni.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: