Hasilnya, elektabilitas Ganjar-Mahfud merosot tajam dari 30,6 persen setelah didaftarkan ke KPU menjadi 25,1 persen pada November 2023. “Dukungan terhadap Ganjar-Mahfud terus melorot hingga akhirnya disalip oleh pasangan Anies-Muhaimin pada Desember 2023,” lanjut Riandi.
“Terjadi migrasi pemilih dari semula mendukung Ganjar-Mahfud beralih kepada Prabowo-Gibran, lalu sebagian kemungkinan menyeberang ke kubu Anies-Muhaimin,” Riandi menjelaskan. Pendukung Jokowi yang awalnya masih ragu-ragu kini hampir bulat mengalihkan dukungan ke Prabowo-Gibran.
Baca Juga: Asalnya Prabowo, Kelompok Nelayan Lamongan Pindah Haluan Dukung Anies!
“Strategi menyerang Jokowi yang dilakukan oleh kubu Ganjar dan elite PDIP justru menjadi bumerang, di mana pendukung Jokowi yang semula mendukung Ganjar memutuskan untuk menarik dukungan dan pindah mendukung Prabowo-Gibran,” terang Riandi.
Dukungan itu makin solid setelah digelarnya debat capres tahap pertama, berlanjut dengan debat cawapres. “Prabowo-Gibran menampilkan diri dan mempertegas posisi sebagai pasangan capres-cawapres yang paling komitmen soal keberlanjutan program-program Jokowi,” Riandi menerangkan.
Sementara itu naiknya elektabilitas Anies-Muhaimin bisa jadi karena keberhasilannya menyerap suara yang masih belum menentukan pilihan (swing voters). Lalu anjloknya dukungan terhadap Ganjar-Mahfud membuat pendukungnya kocar-kacir hingga sebagian beralih ke Anies-Muhaimin.
“Sebagian pendukung Ganjar-Mahfud yang tidak memiliki afiliasi kuat dengan Jokowi dan merasa putus asa terhadap pasangan yang didukung koalisi PDIP itu mengalihkan harapan kepada Anies-Muhaimin yang menarasikan sebagai antitesis Jokowi,” ungkap Riandi.
Dengan sisa masa kampanye kurang dari satu setengah bulan lagi, agak sulit untuk mengubah peta dukungan terhadap ketiga pasangan capres-cawapres. “Pilpres hampir pasti akan berjalan satu putaran, selebihnya Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud berebut posisi runner-up,” pungkas Riandi.
Baca Juga: Teddy Gusnaidi: Walaupun Tertinggi, Prabowo-Gibran Tidak Pongah
Survei Nusantara Strategic Network (NSN) dilakukan pada 23-27 Desember 2023, secara tatap muka kepada 1.200 responden mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement