Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Strategi Counter Attack Gibran Jawab Stigma Publik

Oleh: M. Habibullah, Anggota Forum Mahasiswa Pro-Demokrasi Cinere

Strategi Counter Attack Gibran Jawab Stigma Publik M. Habibullah | Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebelum tampil di debat cawapres, kemampuan Gibran Rakabuming Raka sempat diragukan oleh beberapa pihak. Bahkan, beberapa di antaranya menganggap bahwa majunya Gibran dalam pesta demokrasi Pilpres 2024 nanti tidak lain hanyalah bagian dari keuntungan dirinya sebagai putra dari orang nomor satu di Indonesia, yaitu Joko Widodo. Nada-nada meremehkan, menjelekkan, atau bahkan hujatan juga sama banyak kalkulasinya.

Namun, asumsi bahwa kemampuan Gibran tidaklah sebanding dengan dua lawan politiknya, yaitu Mahfud MD (Cawapres dari pasangan Ganjar Pranowo) dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin (Cawapres dari pasangan Anies Baswedan) yang lebih berpengalaman dan berkelas, nyatanya tidak terbukti pada debat cawapres yang digelar oleh KPU di gedung Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, pada Jumat (22/12/2023). Gibran sukses melakukan counter attack dan tampil dengan kemampuan dan penguasaan materi yang tidak diduga sebelumnya. Ia beruapaya menunjukkan kepada publik bahwa kapasitas dan bekal pengalaman sebagai Wali Kota Solo tidak dapat diragukan. Namun, benarkah kualitas Gibran seteruji itu?

Baca Juga: Roy Suryo Dipolisikan Buntut Komentari Penampilan Debat Gibran

Komentar Para Pakar

Beberapa pengamat politik memberikan penilaian bahwa penampilan Gibran Rakabuming di debat cawapres tersebut tidak hanya sukses menjawab keraguan publik saat ini. Lebih daripada itu, mereka menilai bahwa apa yang ditunjukkan Gibran juga berpotensi untuk mendongkrak suara pemilih serta elektabilitas dirinya bersama Prabowo Subianto pada pagelaran pemilihan presiden (Pilpres) yang akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024 nanti. Salah satu penilaian tersebut, mengutip data dari halaman detiksulsel, dilontarkan oleh Andi Lukman, salah seorang pakar politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar.

Andi Lukman menilai bahwa Gibran memberikan counter attack dan kejutan luar biasa dengan tampil lebih medominasi dibanding Mahfud MD ataupun Cak Imin. Gibran, menurut catatan Andi Lukman, tidak hanya sukses menyampaikan ide dan gagasannya secara terstruktur dan sistematis tetapi juga berhasil menguasai panggung, gestur, dan kemampuan public speaking yang lebih dominan daripada dua lawan politiknya tersebut. Pasalnya, baik Mahfud ataupun Cak Imin terkesan gamang dalam memberikan penilaiannya terhadap pemerintah saat ini, meski dengan catatan keduanya tetap mampu menyampaikan sejumlah program yang dicanangkan oleh kubunya.

“Secara umum kita sebenarnya agak surprise dengan apa yang ditampilkan oleh Gibran. Karena selama ini underestimate kita bahwa Gibran akan kesulitan mengimbangi debat (Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar) di panggung,” ujar Andi Lukman sebagaimana dikutip dari detiksulsel.

Serupa dengan penilaian Andi Lukman, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) bernama Aditya Perdana juga memberikan catatan serupa perihal penampilan apik Gibran di debat cawapres. Berdasarkan data liputan6.com, Aditya Perdana turut memberikan catatan bahwa Gibran sukses menepis sekaligus membalikkan keadaan perihal opini tak berdasar bahwa dirinya underestimate berhubung jarang tampil ke publik.“Orang yang kemarin meremehkan Gibran yang underestimate. Dengan kemampuan retorika dan publik speaking karena jarang tampil ke publik, ternyata dia membalikkan situasi,” tutur Aditya Perdana.

Tetapi, berbeda dengan penilaian Andi Lukman yang menyebut bahwa Mahfud dan Cak Imin sukses menyampaikan programnya, Aditya Perdana justru menggarisbawahi bawa cawapres pendamping pasangan capres Anies Baswedan, yaitu Cak Imin kerap kali melalukan blunder. Misalnya saat berkomentar perihal proyeksi Ibu Kota Negara (IKN) dan ketidaktahuannya saat ditanya Gibran perihal State of the Global Islamic Economy (SGIE). Padahal, tema perihal ekonomi syariah, adalah salah satu visi misi yang digaungkan oleh pasangan capres-cawapres nomor urut satu tersebut.

Representasi Politik Millenial

Namun, terlepas dari perdebatan perihal penampilan Cak Imin dan Mahfud MD, apa yang ditampilkan oleh Gibran Rakabuming pada debat cawapres lalu, terlepas hal ini menuai pro-kontra, menujukkan bahwa dirinya adalah salah satu kandidat yang menjadi representasi millenial. Pada satu sisi, Gibran sukses menyangkal nada-nada sumbing perihal dirinya yang disebut sebagai ‘anak ingusan’ oleh pihak-pihak tertentu. Bahkan, pada sisi yang lain, Gibran mungkin saja ingin menunjukkan kepada anak-anak muda yang lain bahwa dirinya membuka peluang bagi generasinya untuk berpartisipasi aktif dalam upaya membawa Indonesia Emas pada 2045 nanti.

Sebabnya, salah satu argumen utama, yang sering disuarakan oleh para pendukung gerakan politik generasi muda, misalnya dalam kasus pencalonan Gibran ini, adalah bahwa partisipasi mereka dapat membawa perspektif segar dan solusi kreatif untuk masalah-masalah yang dihadapi oleh negara. Pemuda seringkali dilihat sebagai agen perubahan yang lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan inovatif. Mereka tumbuh dalam era teknologi digital dan globalisasi, yang memberi mereka akses lebih besar terhadap informasi dan memungkinkan mereka berkomunikasi secara efektif di tingkat global. Oleh karena itu, melibatkan generasi muda dalam politik pada satu sisi memungkinkan membawa gagasan baru dan strategi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan kompleks yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia ke depannya, terutama untuk menyiapkan Indonesia Emas nanti.

Baca Juga: Genjot Pertumbuhan Ekonomi, Delapan Program Disiapkan Prabowo-Gibran

Hadirnya Gibran Rakabuming dalam konstelasi Pilpres 2024 dapat dibaca sebagai upaya untuk mencoba membangun platform yang memungkinkan partisipasi seluas-luasnya dari berbagai lapisan masyarakat. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan warga negara, khususnya di kalangan pemuda, yang sering kali terpinggirkan atau tidak diwakili dalam politik konvensional kita. Dengan memberikan suara kepada generasi muda, kita dapat memastikan bahwa kepentingan mereka diakui dan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, meski dengan catatan hal ini cukuplah sulit.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: