Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apresiasi Pidato Megawati, Pengamat: Ibu Bangsa, Penjaga Martabat Konstitusi dan Kebebasan

Apresiasi Pidato Megawati, Pengamat: Ibu Bangsa, Penjaga Martabat Konstitusi dan Kebebasan Kredit Foto: Instagram/Megawati Soekarno Putri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pidato Megawati pada HUT PDIP Ke-51 amat layak mendapat pujian dan apresiasi. Muatannya sangat penting dan berotot sebagai pencerahan dan pendidikan politik bagi bangsa ini. Terutama dalam situasi sekarang ini. 

Pandangan ini, disampaikan oleh Nur Iswan, Pengamat Kebijakan dan Bisnis (Jumat, 12/01/24). “Dalam situasi crucial, Megawati lagi-lagi menunjukan kelasnya sebagai negarawati. Ia menjadi Ibu Bangsa sekaligus penjaga martabat konstitusi, etika, hukum dan iklim demokrasi!” kata Iswan.

Pesan tersirat dari pidato Megawati, lanjut Iswan, adalah pertama dan yang utama bermakna penegasan kembali bahwa negara ini adalah negara hukum dan bukan negara kekuasaan.

“Bu Mega seperti sedang mengingatkan dengan sangat keras terutama kepada elite agar kembali kepada nurani dan etika. Jangan menjalankan kekuasaan dengan ugal-ugalan atau semau-maunya,” katanya.

Baca Juga: Instruksi Megawati Jelas, Kader PDIP Mohon Dengarkan: Turun ke Akar Rumput!

Megawati adalah salah satu teladan dalam berpolitik dan bernegara, lanjut Alumni School of Publick Policy and Administration, Carleton University, Canada, ini. “Beliaulah yang memandu Reformasi 89-98 lalu bersama Gus Dur, Sultan Jogja, Amien Rais dll. Salah satu tujuan reformasi kan tegaknya etika kepemimpinan, Hukum yang kokoh dan adil serta kebebasan atau demokrasi yang sehat.” ucapnya.

Sebagai tokoh reformasi dan demokrasi, dalam pandangan Iswan, Megawati nampaknya prihatin, masygul dan seperti terlukai oleh perkembangan politik dan hukum akhir-akhir ini. “Sindirannya kan terang benderang. Demokrasi dan tegaknya hukum adalah cita-citanya. Tapi seperti mundur ke belakang saat ini” urai Iswan.

Kedua, Iswan memberi penjelasan lebih lanjut, ketika tahun 2004 pada saat ia menjadi Presiden petahana dan maju kembali dalam Piplres 2004. “Sebagai Presiden ia memberi contoh baik yakni tidak menggunakan kekuasaannya untuk berbuat semaunya. Di Pilpres 2014 pada saat ia masih punya kesempatan maju kembali, ia memilih mendorong Jokowi,” ungkap Iswan.

Baca Juga: Pilih Ganjar Pranowo, Megawati Ngaku Kontemplasi Bicara dengan Soekarno: Saya Bicara dengan Bapak Saya

Bahkan, lanjut Iswan, pada Pilpres kali ini, ia juga tidak mendorong anaknya — Puan Maharani yang sesungguhnya layak — sebagai Capres PDIP. “Malah, ia mendorong Ganjar. Itu bukti kongkrit sebagai Negarawati. Karena kepemimpinan negara bukan milik pribadi yang bisa diwariskan.” Kata Iswan.

Ketiga, lanjutnya, Megawati memandang bahwa kebebasan dalam demokrasi dan kesamaan di hadapan hukum adalah hal yang perlu dijaga. 

“Dalam bahasa sederhana, Megawati menghendaki Rakyat agar bebas menggunakan hal pilihnya. Jangan diintimidasi. Apalagi diintimidasi oleh aparat negara. Netralitas TNI-Polri diminta dilaksanakan sungguh-sungguh.” tafsir Iswan yang juga Youtuber ini.

Terakhir, kata Iswan, Megawati secara sederhana memberi ilustrasi mengagumkan bahwa Pemimpin itu ibarat payung. “Payung itu adalah analogi kepemimpinan bagi Megawati. Simbol untuk melindungi dan mengayomi seluruh warga negara,” tutup Iswan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: