Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

DEN Akui Target Lifting Minyak Sulit Dicapai, Ini Sebabnya!

DEN Akui Target Lifting Minyak Sulit Dicapai, Ini Sebabnya! Kredit Foto: WE are
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengakui target lifting minyak sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) pada tahun 2030 berat untuk digapai. 

Hal tersebut salah satunya terlihat dari realisasi produksi tahun 2023 saja baru 605,5 ribu BOPD atau jauh dari harapan yang tercantum dalam APBN sebesar 660 ribu BOPD.

"Minyak mentah ada program 1 juta barel tapi ya ini masih sangat berat sekali," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (17/1/2024). 

Djoko mengatakan, dalam strategi nasional, ada empat cara untuk menggenjot produksi minyak nasional, yakni eksplorasi, Enhanced Oil Recovery (EOR), Reserve to Production (RtoP), serta Bussiness as Usual.

Menurutnya, penurunan produksi minyak yang saat ini terjadi wajar karena skema terbesar yang digunakan adalah Business as Usual. Dimana, setiap lapangan minyak memiliki titik puncak produksi. Setelah itu, tren produksi akan turun atau yang kerap disebut decline.

Baca Juga: Kementerian ESDM Ungkapan Lifting Migas Dibawah Target

"Setiap lapangan minyak itu dari tajam, tajam, lama-lama mendatar (produksi). Tiap lapangan ditetapkan POD jumlah sumur maksimum untuk pengeboran maksimal, saat mencapai peak akan turun, berapapun dibor di tempat yang sama faktanya tetap decline kan," ujarnya. 

Maka dari itu,  produksi minyak semestinya juga dilakukan dengan memaksimalkan tiga skema lainnya, khususnya skema EOR dan RtoP. Selain itu, Reserve to Production, Djoko menyebut ada 33 blok migas yang POD-nya sudah mendapapat dorongan dari SKK Migas. 

"Tapi masalahnya apa? Baik EOR maupun RtoP itu perlu insentif. Misalnya, gas sudah diberi insentif jadi US$6 tidak apa-apa, negara tidak dapat tidak apa-apa, negara sudah dapat dari pajak dan FTP saja," ucapnya. 

Lanjutnya, jika EOR dan RtoP dimaksimalkan maka produksi minyak bisa naik. Setidaknya, dapat memenuhi target lifting baik yang tercantum dalam APBN maupun Work Program and Budget (WP&B) yang disusun bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

Baca Juga: Lifting Minyak 2023 Tak Capai Target

"Kalau hanya BAU, ngebor, workover, well service, faktanya kan turun tuh. Sudah ribuan sumur dibor tetap decline dan decline-nya itu turun," ungkaonya. 

Untuk itu, Ia mengingatkan agar seluruh pihak jangan membanggakan skema business as usual. Pasalnya, produksi minyak pada sebuah lapangan secara alamiah akan menurun, sehingga skema lain harus diterapkan.

Eksplorasi yang berhasil menemukan cadangan-cadangan cukup menjanjikan, tambahnya, harus secara paralel dilanjutkan dengan produksi menggunakan skema RtoP.

"Yang sudah ditemukan, RtoP harus dilanjutkan. Misalnya Masela itu sudah beberapa tahun ditemukan tapi tidak dikembangkan. Minta insentif, sudah dikasih terus tapi tidak dikembangkan," tuturnya.

Jika keempat skema tersebut diterapkan secara paralel, Djoko menyebut bukan tidak mungkin target lifting minyak 1 juta BOPD tahun 2030 bisa tercapai.

"Jadi 2030 bisa atau tidak, dengan catatan empat-empatnya paralel dan semua mendukung, termasuk pemerintah kasih insentif," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: