Sisanya diperebutkan terutama oleh pasangan Ganjar-Mahfud, tetapi dengan kue yang lebih sedikit. “Dukungan terhadap paslon 03 lebih didominasi pemilih PDIP yang cenderung solid, meskipun sebagian tergerus dan berpindah memilih Prabowo-Gibran,” Nana menjelaskan.
Sebelumnya baik Prabowo maupun Ganjar merupakan nama-nama yang menjadi favorit publik dan sama-sama mendapat endorsement dari Jokowi. “Perpecahan antara Jokowi dan kalangan elite PDIP membuat dukungan terhadap Ganjar menyusut,” lanjut Nana.
Baca Juga: Kaesang: 14 Februari, Coblos Pak Prabowo dan Mas Gibran!
Positioning Ganjar-Mahfud yang bersikap kritis terhadap kinerja pemerintahan Jokowi turut memberikan sentimen negatif.
“Ganjar-Mahfud dianggap ambigu oleh publik, di mana Anies-Muhaimin yang paling mampu memerankan diri sebagai oposisi,” ujar Nana.
Pemilih yang merasa tidak puas terhadap kebijakan Jokowi cenderung mendukung Anies-Muhaimin yang terus menggaungkan perubahan. “Namun rendahnya persentase yang tidak puas membuat marjin dukungan terhadap paslon 01 jadi terbatas,” kata Nana.
“Sulit bagi Anies-Muhaimin untuk bisa menaikkan elektabilitas lebih tinggi lagi, demikian pula dengan Ganjar-Mahfud,” pungkas Nana. Alhasil, jika peta kontestasi tidak berubah hingga pencoblosan, Pilpres finish pada 14 Februari dimenangkan oleh Prabowo-Gibran.
Baca Juga: Antusias Ratusan Warga Jateng Lihat Jokowi dan Prabowo Makan Bakso Bareng: Semoga Tetap Merakyat
Survei Data Riset Analitika dilakukan pada 20-25 Januari 2024, secara tatap muka kepada 1200 responden mewakili 38 provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement