“Seluruh umat muslim Indonesia, termasuk para Capres-Cawapres harus ikut berjuang membela dan mendukung Palestina merdeka,” kata Direktur Eksekutif YKMI, Ahmad Himawan.
"Sebagai masyarakat muslim, kami meyakini cinta tanah air adalah sebagian dari iman,” kata Ahmad. “Dengan gerakan boikot terhadap produk asing yang terafiliasi Israel dan dengan mendorong masyarakat muslim untuk menggantinya ke produk lokal adalah sumbangsih kami sebagai umat Muslim," katanya.
Ahmad mengatakan, YKMI bisa berperan aktif dengan melakukan edukasi, advokasi dan sosialisasi ke konsumen Muslim untuk terus melanjutkan boikot terhadap produk-produk terafiliasi Israel.
Mengenai isu “Palestina Washing” di mana sejumlah produk terafiliasi Israel berkilah kalau mereka tidak saling terkait, Ahmad mengatakan YKMI akan terus melakukan pemantauan.
“YKMI akan melihat lagi sejauh mana mereka menghindar, apakah mereka ganti kulit, ganti merek, tetap kita pantau. YKMI akan bentuk tim, kerja sama dengan Gerbang Pronas dan lembaga-lembaga lain,” katanya.
“Jangan sampai masyarakat kita dibodohi oleh produk-produk asing yang mengaku produk nasional melalui iklan-iklan yang sekarang tayang dengan masif di televisi maupun media sosial, lalu memberikan bantuan untuk mengambil hati masyarakat Indonesia,” katanya.
Senada dengan YKMI, Ketua Gerakan Kebangkitan Produk Nasional (Gerbang Pronas), Fuad Adnan, mengatakan, “Kita minta komitmen Capres sebagai pemicu agar dukungan boikot ini terus bergema. Nanti kita amplifikasi agar bisa didengar oleh masyarakat.”
“Sikap dan tindakan (boikot) ini mewakili kepentingan umat Muslim Indonesia untuk menekan Israel dan membela kepentingan Palestina. Bagi umat Islam, tindakan ini juga bagian dari keimanan,” kata Fuad.
Tak urung, Fuad menyoroti sejumlah produk terafiliasi Israel yang berganti baju atau berganti nama. Menurutnya, itu sama saja dengan pengelabuan masyarakat.
“Mengeluarkan bantahan (terafiliasi Israel) sambil mengirim donasi ke Palestina, Itu juga sebuah pengelabuan,” katanya. “Mereka mengirim donasi, itu sama sekali tidak bisa mengganti kejahatan kemanusiaan yang telah dilakukan.”
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement