Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong penutupan keran impor jagung dari luar negeri lantaran hasil panen petani dalam negeri yang melimpah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung nasional pada Januari hingga April diperkirakan menyentuh angka 5,3 juta ton.
Adapun puncak panen terjadi pada bulan Maret mencapai 2,3 juta ton. Melimpahnya hasil panen, menjadi salah satu indikasi terjadinya penurunan harga jagung di tingkat petani.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi menuturkan, panen jagung di Indonesia diperkirakan akan mencukupi kebutuhan secara nasional.
Oleh karenanya, Bulog diminta memaksimalkan penyerapan jagung petani dalam negeri. Tak tanggung-tanggung, Suwandi meminta Bulog menyerap 500 ribu ton jagung petani lokal.
"Kami meminta Bulog untuk melakukan penyerapan secara maksimal. Setidaknya 500 ribu ton jagung petani dapat diserap secara cepat," kata Suwandi dalam keterangannya tertulisnya, dikutip Senin (18/3/2024).
Baca Juga: Harga Jagung Anjlok, Mentan Amran Desak Bulog Serap Hasil Bumi Petani Lokal Secepatnya
Suwandi menilai, panen raya menjadi waktu yang tepat bagi Bulog dan para pengusaha melakukan penyerapan. Menurutnya, penyerapan sama halnya membantu para petani dengan harga yang layak.
Pasalnya, tidak sedikit petani yang mengeluhkan turunnya harga di tengah tingginya produksi jagung. Bahkan, harga jagung petani bisa menyentuh Rp2.500 hingga Rp4.000 per kilogram.
Jika Bulog dan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) memberi harga yang layak dari proses penyerapan, kata Suwandi, petani jagung akan sangat diuntungkan.
Hal itu sejalan dengan permintaan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman yang menekankan Bulog dan GPMT menjadi wadah penyerapan hasil panen jagung.
"Kementan menekankan agar Perum Bulog dan GPMT untuk menyerap hasil panen dengan harga yang layak untuk para petani. Berdasarkan perintah Pak Mentan Amran, kita harus prioritaskan petani nasional terlebih dahulu," lanjutnya.
Suwandi menuturkan, panen jagung melimpah akan terjadi pada Maret hingga April 2024. Berdasarkan data BPS, panen jagung pada Maret diperkirakan mencapai 2,29 juta ton di lahan 405 ribu hektar.
Sementara pada April, panen jagung diperkirakan mencapai 1,76 juta ton dengan luas lahan 318 ribu hektar.
"Maret - April diperkirakan petani kita akan panen jagung 4 juta ton sementara itu data BPS, kita pegang datanya," ucap Suwandi.
Baca Juga: Kementan Stop Impor Jagung: Mimpi Kita Petaninya Untung
Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS itu, Suwandi optimis Maret hingga April panen jagung nasional mencukupi kebutuhan masyarakat dan dapat mewujudkan stabilitas.
"Kami mengajak semua pemangku kepentingan terkait untuk bekerja sama berkontribusi bagi kesejahteraan petani" tutup Suwandi.
Sementara itu, BPS juga mencatat luas panen jagung Maret 2024 terbesar berada di 10 kabupaten, yaitu Tuban 42.811 hektar, Bone 39.131 hektar, Lampung Timur 35.905 hektar, Lampung Selatan 33.940 hektar, Bima 29.178 hektar, Dompu 28.895 hektar, Sampang 28.152 hektar, Pamekasan 22.086 hektar, Lampung Tengah 19.122 hektar, dan Sumbawa 18.363 hektar.
Sedangkan potensi luas panen jagung April 2024 terbesar berada di 10 kabupaten, yaitu Sumbawa 39.632 hektar, Bima 29.957 hektar, Gunung Kidul 26.899 hektar, Dompu 17.060 hektar, Lampung Tengah 15.202 hektar, Wonogiri 15.200 hektar, Boalemo 12.280 hektar, Lampung Timur 12.030 hektar, Jeneponto 11.997 hektar dan Malang 9.719 hektar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement