Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pelarangan Truk AMDK di Hari-hari Besar Keagamaan Dinilai Matikan Ekonomi Keluarga Para Sopir

Pelarangan Truk AMDK di Hari-hari Besar Keagamaan Dinilai Matikan Ekonomi Keluarga Para Sopir Kredit Foto: Pemkab Sidoarjo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kebijakan pelarangan terhadap angkutan logistik, salah satunya Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) saat momen hari-hari besar keagamaan seperti Lebaran, Nataru, dan Imlek ternyata sangat berdampak terhadap ekonomi para sopirnya.

Dengan tidak diizinkan beroperasi selama beberapa hari menjelang dan setelah hari H, para sopir ini terpaksa harus menganggur karena tidak adanya pekerjaan.

Seperti diketahui, para sopir yang mengangkut logistik AMDK ini dibayar sesuai dengan jumlah rit mereka per harinya.

Budianto, seorang sopir tetap di sebuah AMDK mengatakan pelarangan terhadap truk-truk AMDK saat momen liburan hari-hari besar keagamaan terlebih lebaran, itu sangat berdampak pada penghasilannya.

"Karena, kalau sopir tetap seperti saya itu kita sistemnya borongan. Misalnya, kalau kita membawa barang menuju ke Jogja itu dikasih uangnya borongan sekian,” tukasnya.

Jadi, menurutnya, jika ada pelarangan selama beberapa hari, itu berarti sopir akan kehilangan penghasilan.

"Padahal, keluarga kami kan harus diberi makan setiap harinya, nggak bisa libur makannya,” ucapnya.

Apalagi, dia mengungkapkan penghasilan dari pekerjaannya sebagai sopir ini merupakan satu-satunya untuk menafkahi keluarganya mengingat istrinya hanya sebagai seorang ibu rumah tangga.

"Apalagi, anak saya mau lulus SMA dan ingin kuliah. Saya butuh penghasilan yang lebih besar agar bisa mewujudkan cita-cita anak saya untuk lanjut ke sekolah yang lebih tinggi seperti anak-anak yang lainnya,” ucapnya. 

Karenanya, dia berharap agar pemerintah tidak melarang truk-truk AMDK untuk beroperasi kapanpun itu, apalagi AMDK itu sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Menurutnya, pelanggan itu juga tidak perlu dilakukan mengingat para sopir sudah bisa mengantisipasi jalan-jalan itu agar tidak terjadi kemacetan.

"Kalau menurut saya nggak usah dilarang. Setiap hari di jalan itu, sopir kan tahu jam-jam macet, bagaimana mengantisipasinya itu kita tahu karena sudah tahu kondisi jalannya. Apalagi di Jawa, sudah banyak dibangun tol yang mengurangi kemacetan. Kita juga bisa dibantu dengan google untuk mengetahui di mana yang nggak macet," katanya. 

Hal senada disampaikan Ade Kurniawan, seorang sopir tembak (pengganti sopir tetap)  salah satu pabrik AMDK.

Dia mengatakan kebijakan pelarangan terhadap angkutan AMDK saat momen hari-hari besar keagamaan, apalagi lebaran itu sangat berpengaruh bagi ekonomi keluarganya.

"Kalau dilarang beroperasi begitu, bagaimana dengan keluarga saya. Apalagi pekerjaan sebagai sopir tembak itu merupakan mata pencaharian saya satu-satunya untuk memberi makan keluarga, dan istri saya juga hanya sebagai ibu rumah tangga,” ujar Ayah yang memiliki anak yang masih TK dan balita ini dengan raut wajah sedih.

Apalagi, lanjutnya, menjelang lebaran nanti, dirinya sangat membutuhkan biaya yang lebih besar untuk membelikan anak-anak dan istrinya baju baru dan kue buat lebaran.

"Kalau dilarang-larang seperti ini, lebaran nggak bisa beli baju baru anak dong sama kue buat lebaran nggak bisa beli nanti,” tukasnya  seraya menyampaikan bahwa dia juga ingin seperti orangtua lainnya bisa memberikan kebahagiaan buat keluarganya di hari Lebaran.

Karenanya, dia berharap kalau bisa pemerintah tidak melarang truk-truk AMDK ini untuk beroperasi.

"Karena, mata pencarian saya di sana, buat nafkahin keluarga. Saya nggak ada pekerjaan lain. Kalau bisa ya jangan dilarang lah untuk beroperasi. Apalagi AMDK itu kan sudah semacam sembako juga. Jadi, saat lebaran kalau bisa ya tetap beroperasi,” ujarnya berharap.

Selama ini, dia mengaku pekerjaan sebagai sopir tembak ini sangat membantu ekonomi keluarganya.

"Alhamdulillah, cukuplah buat nafkahin keluarga, buat kebutuhan sehari-hari itu cukup. Karena kan setiap harinya itu banyak sopir (tetap) yang menggunakan jasa kami. Jadi mereka itu yang khususnya yang dari luar kota kadang sudah capek dan ingin beristirahat beberapa jam. Nah, kami pun dimintai bantuan untuk memuat barang di pabrik,” tuturnya.

Jadi yang pasti, kata Kurniawan, kalau sampai dilarang, itu sangat berdampak buruk terhadap ekonomi para sopir tembak seperti dirinya.

"Ekonomi saya bisa morat-marit,” katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: