Setelah penantian yang panjang, akhirnya momentum halving Bitcoin tiba kemarin (20/4/2024). Uniknya, harga Bitcoin dari halving kali ini dilaporkan turun ke angka Rp1,03 miliar, setelah kemarin sempat bullish hingga menyentuh Rp1,1 miliar. Penurunan ini dilaporkan terjadi akibat imbas dari konflik geopolitik Iran - Israel.
Sebagai crypto exchange pertama di Indonesia, Indodax telah mengalami dua kali halving, dan ini merupakan halving ketiga yang diikuti oleh Indodax. Sementara, CEO Indodax, Oscar Darmawan sendiri telah mengikuti perkembangan halving Bitcoin sejak halving pertama dilaksanakan.
Baca Juga: Sehari Pasca Halving Day, Harga Bitcoin Naik Tajam Lalu Malu-Malu
“Ini adalah halving keempat Saya dan halving ketiga untuk Indodax. Momentum ini merupakan momentum yang sangat bersejarah dan sudah kita nanti-nantikan. Halving Bitcoin memang dikenal sebagai momen empat tahun sekali, namun lebih tepatnya halving akan terjadi ketika reward miners berkurang setengahnya setelah selesai menambang 210.000 blok,” ujar Oscar dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (21/4/2024).
Oscar juga mengakui bahwa terdapat sedikit perbedaan antara halving kali ini dengan halving-halving sebelumnya. “Halving tahun ini memiliki sedikit keunikan dan perbedaan dari halving-halving sebelumnya karena harga Bitcoin telah memasuki siklus bull market dan mencapai all time high (ATH) pada 14 Maret 2024 kemarin sebelum momentum terjadinya halving, sebesar Rp1,1 miliar. Namun, saat halving terjadi, harga Bitcoin justru turun ke angka Rp1,03 miliar. Maka dari itu, Saya sangat penasaran untuk melihat bagaimana perkembangan selanjutnya dan berapa kenaikan dari harga Bitcoin. Efek halving itu baru dirasakan pasca halving terjadi yaitu setelah supply Bitcoin dipotong setengahnya. Sebelumnya, harga Bitcoin biasanya dapat mengalami peningkatan dua kali lipat atau lebih setelah halving,” jelasnya.
Oscar Darmawan juga mengatakan, kemungkinan siklus bull market ini akan terjadi hingga pertengahan tahun 2025.
“Jika dihitung dari halving-halving sebelumnya, halving tahun ini terjadi satu bulan lebih cepat dari halving tahun 2020 yang terjadi di bulan Mei dan dua bulan lebih cepat dari halving tahun 2016 di bulan Juli 2016. Maka dari itu, diperkirakan jika bull market kripto tidak akan berakhir pada akhir tahun 2024, namun kemungkinan di pertengahan atau Q1 dan Q2 tahun 2025,” ucap Oscar.
Baca Juga: Telisik Harga Bitcoin Pasca Halving, Akan Naik atau Turun?
Ia juga menyatakan bahwa hari-hari menjelang halving, terjadi peningkatan yang signifikan dalam aktivitas transaksi Bitcoin. “Mulai dari tanggal 4 April 2024, tercatat adanya lonjakan transaksi Bitcoin yang besar. Lebih dari 450.000 transaksi terkonfirmasi setiap hari selama 11 hari berturut-turut. Tren ini juga diikuti oleh kenaikan biaya transfer yang dimulai sejak 11 hari yang lalu, naik dari 2.86 dolar AS (sekitar Rp 40.860) menjadi 9.09 dolar AS (sekitar Rp 129.780) hanya dalam waktu tiga hari," ungkap Oscar.
Menurut Oscar, hal ini membuktikan meskipun terkesan harga Bitcoin pada halving kali ini menurun, antusiasme dan minat para investor dan trader terhadap Bitcoin dan aset kripto lainnya tetap tinggi. Hal ini karena efek dari halving tidak terbatas pada satu hari saja, tetapi berdampak panjang pada periode setelah halving nanti. Hal ini juga menunjukkan bahwa para investor dan trader percaya pada potensi jangka panjang dari aset kripto.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Advertisement