Sekjen BPP HIPMI Anggawira menyoroti pelemahan rupiah atas dolar Amerika Serikat akhir-akhir ini. Dia mengatakan, tak selamanya keperkasaan ini berdampak negatif bagi industri dan ekspor nasional.
"Saya kira ini momentum tepat untuk memperkuat trend surplus neraca perdagangan yang selama ini memang sudah positif," ujar Anggawira di Jakarta, Minggu (21/04).
Menurutnya, surplus neraca dagang pada bulan Maret 2024 masih di bawah US$ 1 miliar, di mana Februari lalu sebesar US$ 0,87 miliar.
"Kita melihat ini sebagai peluang untuk menggenjot atau memperlebar surplus neraca biar lebih besar lagi dari biasanya. Pemerintah harus mampu mengoptimalkan momentum dolar (yang terus naik) ini," ujar Anggawira.
Lebih lanjut, AW juga mengatakan bahwa sebetulnya Indonesia diuntungkan oleh ketersediaan komoditas bernilai ekspor tinggi seperti batu bara, kelapa sawit dan barang mineral, seperti emas. "Kita perkirakan akan terjadi kenaikkan ekspor pada Maret sebesar 11,46% secara tahunan atau year on year (YoY)," ujar dia.
Baca Juga: Makin Optimal, Pengusaha Dapat Bayar Zakat di Baznas Hipmi
Selain itu, HIPMI juga secara konsisten mendorong ekspor dari pelaku usaha UMKM. Sebab, peluang eskpor sektor UMKM juga terbuka lebar. "Dengan menguatnya dolar ini, ekspor UMKM ini semakin kompetitif. Sebab itu, kita minta perizinan dan hambatan-hambatan ekspor UMKM ini diselesaikan," tegasnya.
Di sisi lain, dengan menguatnya dolar ini, maka implementasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) semakin terbuka. Sebab daya saing impor bahan baku industri melemah. "Momentum industrilisasi atau hilirisasi juga positif dari pelemahan rupiah ini," ujar Anggawira.
Meski demikian, pihaknya berharap pelemahan rupiah ini tetap terjaga pada tingkat yang moderat, serta cukup aman bagi kondisi ekonomi makro Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement