- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Menuju Energi Bersih, Menteri Arifin: ASEAN dan Negara Teluk Bisa Kolaborasi
Kredit Foto: Djati Waluyo
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pengalaman dan keunggulan dari The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan Negara-Negara Teluk yang dapat dikolaborasikan dan saling melengkapi untuk pengembangan sistem transisi energi bersih.
Menurut Arifin, negara-negara Teluk telah memiliki kekayaan dan pengalaman di sektor minyak dan gas bumi, serta saat ini tengah mengembangkan teknologi energi terbarukan.
Baca Juga: PLN Bisa Lega Soal Gas, Arifin Tasrif: Untuk Pembangkitan Tembus 20 Hari
Di sisi lain, negara-negara ASEAN adalah tempat uji coba yang sempurna bagi transisi energi. ASEAN yang masih bergantung pada energi fosil, kini tengah bertransisi menuju energi bersih yang adil dan berkelanjutan.
"Kedua kawasan, ASEAN dan negara-negara Teluk dapat berkolaborasi, tidak hanya pada teknologi dan investasi, namun juga pada keahlian dan pengalaman untuk mengakselerasi transisi menuju energi bersih," ujar Arifin dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (2/5/2024).
Arifin mengatakan, The ASEAN-Gulf Cooperation Council Framework of Cooperation 2024-2028 yang telah ditandatangani pada Oktober 2023 lalu menegaskan kemabli komitmen negara anggota ASEAN dan negara Teluk untuk bekerja sama menuju transisi energi.
Transisi energi di Indonesia, ujarnya, fokus terhadap pengembangan energi terbarukan, energi rendah karbon, pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), ketenagalistrikan, pengukuran dan praktek efisiensi energi, juga Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
Baca Juga: Dorong Praktik Keuangan Berkelanjutan, ATB Terbitkan ASEAN Taxonomy Versi 3
"Indonesia sedang mengejar kapasitas maksimum dari potensi energi baru dan terbarukan (EBT), yakni energi surya, hidro, bioenergi, angin, panas bumi, dan energi laut. Kami juga membangun energi dari hidrogen dan amonia, yang pilot project-nya sudah dibangun di Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Tanjung Priok, bersamaan dengan pembangunan beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk pemanfaatan hidrogen," ujarnya.
Tidak hanya itu, proyek Lapangan LNG Tangguh Train 3 di Bintuni Papua, yang menyuplai gas untuk pabrik pupuk terdekaat, juga akan memproduksi blue ammonia untuk co-firing PLTU dan produksi hidrogen pada pabrik baja. Fasilitas ini juga dilengkapi CCS/CCUS untuk mencapai emisi nol bersih.
Baca Juga: Program PLN Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian Padi di Ponorogo
"Kita juga perlu mengembangkan interkonektivitas melalui jaringan listrik dan pipa gas untuk mendukung integrasi energi regional dan pembangunan ekonomi. Indonesia akan mengembangkan Super Grid yang akan menghubungkan Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi, untuk mendukung pengembangan sumber daya energi terbarukan dengan mengatasi kesenjangan antara produsen dan konsumen," ucapnya.
Pada pertemuan tersebut, Arifin juga mengapresiasi dukungan negara-negara teluk pada transisi energi di Indonesia, yakni pembangunan PLTS Terapung Cirata 192 MWp dan akan segera diperluas menjadi 500 MWp, bekerja sama dengan Masdar UEA.
Baca Juga: Pemerintah Tegaskan Komitmen Penerapan Trilema Energi Secara Seimbang
Selain itu, potensi pengembangan EBT lainnya yang tengah dikembangkan dengan negara-negara Teluk antara lain komitmen ACWA Arab Saudi untuk mendukung PLTS Terapung di Singkarak, Saguling dan Lampung, serta mendistribusikan PLTS di Kalimantan Barat, serta Mubadala Energy dari UEA akan bekerja sama dengan Pertamina untuk mengembangkan joint study potensi panas bumi di Kotamobagu, Sulawesi Utara
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement