Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Diprediksi Hadapi The Perfect Storm, Tepatkan Sejumlah Langkah BI?

Indonesia Diprediksi Hadapi The Perfect Storm, Tepatkan Sejumlah Langkah BI? Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Keputusan The Fed untuk kembali mempertahankan tingkat suku bunganya atau The Fed Fund Rate (FFR) telah membuat kondisi pasar domestik Indonesia dipenuhi asumsi. 

Keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25% - 5,5% dianggap market sebagai indikator bahwa pemangkasan suku bunga The Fed semakin jauh panggang dari api akan terjadi di tahun ini.

Baca Juga: Memperkuat Ekonomi Lokal, JIP Dukung Gelaran Pelatihan dan Bazar UMKM Rusunawa Jakarta

Ekonom Senior PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW), Emil Muhamad mengatakan, sejak akhir tahun lalu ekspektasi market terlalu dovish yang memprediksi setidaknya akan ada enam sampai tujuh kali pemangkasan suku bunga The Fed. 

Kendati begitu, Emil menyebut, pada akhir kuartal I lalu, data ekonomi Amerika Serikat tidak selemah yang diperkirakan pasar. Hal ini memaksa pasar mengubah ekspektasi mereka dari sebelumnya enam sampai tujuh kali rate cut, menjadi satu sampai dua kali di tahun ini.

“Sampai Maret 2024 tidak ada perubahan ekspektasi tingkat FFR dari The Fed. Padahal, kinerja perekonomian AS hingga kuartal I 2024 mencatatkan kinerja yang cukup baik dan inflasi hanya turun perlahan. Pada proyeksi Maret 2024, The Fed memperkirakan ekonomi tumbuh 2,1 persen dan tingkat pengangguran AS juga turun menjadi 4 persen. Bahkan inflasi AS diprediksi masih berada di tingkat 2,6 persen, di atas target inflasi The Fed di 2,0 persen” kata Emil dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/5/2024).

Keputusan The Fed untuk mempertahankan tingkat suku bunganya bersamaan dengan daya tahan neraca eksternal yang sedang melemah. Merujuk data BI, neraca transaksi berjalan tahun 2023 telah berbalik mengalami defisit terkendali sebesar 1,6 miliar dolar AS atau 0,1 persen dari PDB. 

Baca Juga: Optimalkan Pasar, Mazda Indonesia Buka Dealer Baru di Surabaya

Sementara, surplus neraca perdagangan kita juga turun dari surplus sebesar US$ 12,1 miliar di kuartal I 2023 menjadi hanya surplus US$ 7,31 miliar di kuartal I 2024. Kondisi ini dapat disebut dengan The Perfect Storm, di mana tekanan global meningkat, di waktu bersamaan kondisi imunitas perekonomian domestik sedang turun. Dampaknya adalah nilai tukar rupiah yang terdepresiasi cukup signifikan terutama paska lebaran, bahkan koreksi ini lebih dalam dibandingkan rata-rata mata uang Asia lainnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: