Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan Chip-In mengenai penguatan keterampilan digital masyarakat Indonesia bernama #MakinCakapDigital 2024 untuk segmen komunitas di wilayah Jawa Tengah dengan tema "Membangun Aktivitas Dakwah di Ruang Digital" pada Jumat (10/5/2024).
Kali ini hadir pembicara program kegiatan Literasi Digital #MakinCakapDigital pada 2024 yang ahli di bidangnya untuk berbagai bidang antara lain Peneliti, Penulis, dan Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir STAI Sunan Pandanaran Ahmad Wahyu Sudrajad, Dosen Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia Alif Lukmanul Hakim, dan Key Opinion Leader Hammad Rosyadi.
Survei terbaru dari We Are Social dan Kepios 2022 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya, kini bahkan mencapai 204 juta pengguna atau sudah digunakan oleh 73,7 persen penduduk Indonesia. Sejumlah 80,1 persen penduduk Indonesia menggunakan internet untuk mencari informasi dan dapat menghabiskan waktu 8 jam 36 menit dalam satu hari menggunakan internet.
Baca Juga: Bebas Berekspresi Mengikuti Hak-Hak Digital
Dalam pemaparannya, Ahmad menyebutkan bahwa seorang pendakwah dapat menyampaikan ajaran agama dengan mengajak dan menebar kebaikan termasuk di ruang digital. Aktivitas para pendakwah bahkan mampu mengidentifikasi pelanggaran dan perilaku kurang etis di ruang digital.
Lebih lanjut, Alif pada kesempatan yang sama menambahkan jika menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan kewajiban bagi umat muslim dan menjadi kunci untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan hidup.
Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan strategi dakwah yang tepat dengan memanfaatkan teknologi dan media digital. Strategi ini disampaikan Alif terdiri dari lima cara dimulai dengan membangun citra diri sebagai seorang da'i di era digital untuk mendapatkan kepercayaan, dikenal, dan diakui masyarakat supaya menarik orang banyak mendengarkan dakwah.
Selanjutnya, memanfaatkan media sosial untuk menjangkau generasi muda. Penting untuk memahami karakteristik pendengar, platform media sosial yang sesuai, cara membuat konten menarik, dan menjaga interaksi serta keterlibatan pendengar, influencer muslim, dan mengukur keberhasilan kampanye dakwah.
Alif juga menganjurkan untuk meningkatkan kualitas konten dakwah agar dakwah selalu bermanfaat dan menunjukkan nilai-nilai Islam agar konten dakwah dapat dibagikan dan berguna bagi lainnya. Tak lupa, seorang pendakwah wajib meningkatkan keterampilan berbicara di depan kamera termasuk cara menyusun naskah, memilih bahasa tubuh yang tepat, dan mengelola rasa gugup di depan kamera.
Hammad sebagai Key Opinion Leader (KOL) yang terampil berbicara di ruang digital, menyampaikan untuk membuat konten berkualitas dan viral dalam hal ini dakwah dapat dimulai dengan apa adanya dan jujur, belajar dari melihat konten yang dibuat orang lain, dan jangan menyerah jika konten yang dibuat tidak sesuai harapan. Ia juga menyarankan sebisa mungkin membuat konten yang mewakili perasaan dan menghibur audiens.
Terakhir menurut Alif penting agar pendakwah melakukan evaluasi dengan mengukur efektivitas dakwah yang disampaikan dengan cara memonitor interaksi di media sosial, mengukur keterlibatan pendengar, menganalisis data traffic web atau blog, memperhatikan feedback dan testimoni dari pendengar, serta melakukan survei atau polling online.
Baca Juga: Jadi Produktif di Era Digital Melalui Pembuatan Konten Digital
"Pendakwah diharapkan mampu memberi rasa nyaman ruang digital." jelas Ahmad. Sebab, sebagaimana dalam ajaran Islam Qaulan layyina yang artinya menggunakan bahasa lembut. Penggunaan bahasa lembut tertera dalam surat Ali Imran Ayat 159.
Dakwah di ruang digital tidak lepas dari tantangan. "Salah satu tantangan utama dalam dakwah di era digital adalah keberagaman informasi yang tersebar luas di internet. Informasi yang tidak terverifikasi dengan benar dapat menyesatkan pemahaman agama dan memecah belah umat," jelas Alif.
Ia mengatakan penting sebagai umat Islam menjadi pembaca yang kritis dan bijak khususnya sebelum menyebarkan informasi agar memastikan kebenaran dan kesahihan dari sumbernya.
Namun demikian, dakwah di ruang digital memiliki peluang besar yang bermanfaat karena disampaikan Alif dapat menyebarkan dakwah Islam lebih efektif dan menjangkau banyak audiens. Cara penyebaran dakwah juga bisa dibuat lebih kreatif contohnya melalui video pendek dan podcast tema keagamaan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana yang diajarkan dalam hadis riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada manusia lainnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi). Hadis ini mengajarkan pentingnya berkontribusi dalam menyebarkan kebaikan dan manfaat kepada sesama manusia melalui berbagai media, termasuk media digital.
"Dengan demikian, dakwah di era digital tidak hanya menjadi tanggung jawab sebagian orang saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita semua sebagai umat Islam. Mari kita bersama-sama memanfaatkan peluang yang ada di dunia maya untuk menyebarkan ajaran Islam yang benar, menjaga kebenaran informasi, serta menjaga akhlak dan etika dalam berinteraksi online. Dengan begitu, kita dapat menjadi agen perubahan yang islami di tengah perkembangan informasi yang semakin cepat dan kompleks," pungkas Alif.
Sebagai informasi, Webinar Makin Cakap Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo). Adapun informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dapat diakses melalui Website literasidigital.id atau akun Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo dan Youtube Literasi Digital Kominfo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Advertisement