Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dukung Dekarbonisasi, ICDX jalankan Indonesia Clean Metal Initiatives

Dukung Dekarbonisasi, ICDX jalankan Indonesia Clean Metal Initiatives Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

ICDX terus memperkuat komitmen mendukung dekarbonisasi dengan berbagai program inisiatif yang menekankan praktik keberlanjutan. Upaya ini direalisasikan dalam bentuk Indonesia Clean Metal Initiatives. Dengan inisiasi ini, ICDX sebagai bursa penyelenggara perdagangan komoditas timah, mendorong pelaku industri critical minerals, terutama sektor timah, untuk menerapkan praktik operasional bisnis yang berkelanjutan dengan fokus pada mitigasi dampak terhadap lingkungan, termasuk pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). 

Hal ini didasari laporan dari McKinsey & Company 2023 menyoroti bahwa pada aktivitas Metal dan Mining, produksi komoditas hingga pengelolaan bahan baku, menghasilkan sekitar 20 % emisi gas rumah kaca (GRK). Demikian disampaikan Zulfal Faradis, Head of Strategic Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) di sela-sela pemaparan yang bertajuk Indonesia Clean Metal Initiatives pada konferensi Indonesia Critical Minerals (ICM) 2024, di Jakarta (13/6).

 “Timah sebagai salah satu komoditas unggulan, memainkan peran dalam menyediakan bahan baku yang diperlukan untuk teknologi berkarbon rendah melalui praktik “green metals” atau praktik yang mengedepankan proses ramah lingkungan pada produksi logam. Namun, untuk secara efektif mengurangi jejak karbonnya, industri ini harus memitigasi strategi yang tepat,” ujar Zulfal Faradis.

“Industri perlu merancang strategi dekarbonisasi dan mencapai produksi green metals. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan menerapkan instrumen-instrumen lingkungan yang mendukung pemanfaatan energi bersih terbarukan secara optimal, penggunaan Renewable Energy Certificates (REC) atau Sertifikat Energi Terbarukan dalam memproduksi sebuah timah atau logam lainnya merupakan cara potensial dalam mendukung dekarbonisasi.”

Kebutuhan akan logam hijau atau Green Metals, merujuk pada logam-logam yang memiliki sifat ramah lingkungan, diproyeksikan akan meningkat dalam sektor perdagangan logam di Uni Eropa (UE). Menurut laporan Analisis Bain 2023, pasar untuk green metals di UE diperkirakan akan mencapai  $4-5 miliar pada tahun 2025 dan melonjak hingga 5 kali lipat, mencapai $20-30 miliar pada tahun 2030. 

Di Indonesia sendiri, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia juga tengah mengantisipasi mekanisme Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) atau Penyesuaian Batas Karbon dengan menambahkan tarif atau pajak bea masuk terhadap barang impor ke Uni Eropa (UE), dan ini akan diberlakukan pada tahun 2026. 

Zulfal Faradis, menambahkan, ICDX Group, melalui Indonesia Climate Exchange (ICX), telah memfasilitasi perdagangan Sertifikat Energi Terbarukan, atau yang dikenal sebagai Renewable Energy Certificates (REC) dengan pengakuan internasional yakni IREC dan TIGRs. Terkait REC ini,  setiap 1 unit sertifikat REC mewakili konsumsi energi listrik 1 Megawatt-hour (MWh) yang barasal dari pembangkit listri energi terbarukan. ICDX sendiri sejak tahun 2023 yang memfasilitasi beberapa perusahaan dalam perdagangan REC ini. Selain REC, ICDX juga melakukan inisiatif-inisiatif lain yang berfokus pada pelaksanaan bisnis yang berkelanjutan sesuai dengan konsep good governance, seperti program penanaman mangrove, dan penggunaan kalkulator karbon melalui kampanye Green Neutral Carbon, dengan harapan dapat berkontribusi pada dekarbonisasi menuju Net Zero Emission 2050.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi

Advertisement

Bagikan Artikel: