Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Salah Kaprah Nama Minyak Sawit, Direktur Eksekutif GIMNI: Jangan CPO, tapi High Quality Oil!

Salah Kaprah Nama Minyak Sawit, Direktur Eksekutif GIMNI: Jangan CPO, tapi High Quality Oil! Kredit Foto: Uswah Hasanah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, mengaku bingung dan tidak habis pikir dengan penamaan Crude Palm Oil (CPO) alias minyak kelapa sawit. Pasalnya, penamaan tersebut adalah salah kaprah sehingga menimbulkan stigma negatif di masyarakat dan berpengaruh pada keberterimaan minyak kelapa sawit itu sendiri.

“Ini bangsa kita ini apa? Satu-satunya minyak di dunia ini yang disebut crude hanya palm oil. Kalian happy dengan itu? Kita tidak hanya hidup di generasi kita. Oleh karena itu supaya kita bisa (membawa sawit) ke masa depan, let’s change the name and the quality. Jangan CPO, tapi High Quality Oil,” kata Sahat dalam acara seminar Warta Ekonomi dan APKASINDO bertema Menakar Keseimbangan Produksi CPO untuk Kebutuhan Domestik & Ekspor: Urgensi dan Tantangannya, Rabu (19/6/2024).

Hal itu menjadi perhatian serius bagi Sahat lantaran pertimbangan minyak sawit hasil petani kelapa sawit (PKS) disebut crude oil yang berkonotasi negatif sehingga pelabelan tersebut memicu kekhawatiran di masyarakat, utamanya generasi muda Indonesia.

Menurut Sahat, pelabelan negatif terhadap kelapa sawit tidak jauh dari pangsa pasar minyak sawit dan minyak kernel yang telah menguasai pasar 17 jenis Oils & Fats dunia sejak tahun 2006 silam. 

Alhasil, hal tersebut membuat kekhawatiran bagi pihak Barat yang menganggap masyarakat di area tropis untuk melakukan perluasan lahan dengan merambah hutan apabila minyak sawit sudah jadi bagian dari kehidupan manusia.

“Sentimen pasar terjadi, pengaruh kampanye negatif terhadap sawit, maka di berbagai negara Barat muncul pelabelan negatif pada produk pangan mencantumkan kata ‘Contain No Palm Oil’,” ucap Sahat dalam pemaparan materinya.

Lebih lanjut, gambaran pabrik petani kelapa sawit di berbagai media barat seperti televisi dan media lainnya juga turut mengibarkan kampanye negatif terhadap minyak sawit.

Baca Juga: Petani Dilatih Budidaya, Kelapa Sawit Terus Jadi Sektor Perkebunan Menguntungkan

“Dilihatkan itu lingkungan pabriknya jorok sekali. Jadi mencerminkan bahwa minyak sawit dinamai crude oil itu adalah tepat (bagi pandangan Barat),” ucapnya.

Padahal, sambung Sahat, minyak sawit memiliki banyak manfaat dan berkualitas tinggi. Minyak goreng yang saat ini dipasarkan di Indonesia pun perlu dimodifikasi teknik pengolahannya yang tidak berubah sejak kurang lebih seabad silam. 

Tujuan dari pengolahan tersebut agar nutrisi alami yang ada di dalam minyak sawit tersebut tidak terbuang. Minyak sawit penuh nutrisi yang diproduksi secara benar tersebut bisa berkontribusi untuk meningkatkan kesehatan, mencegah malnutrisi atau gizi buruk, dan mencegah stunting atau kekerdilan.

“Minyak sawit bahkan memiliki beberapa kandungan yang sama seperti Air Susu Ibu (ASI), di antaranya C 18:1 Octadecenoic Acids, C 18:2 Linoleic Acids, C 18:3 Linolenic Acids dan C 20: 0 Arachidic Acids,” tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: