Ketua Badan Pengawas Periklanan Perusahaan Periklanan Indonesia (BPP–P3I), Susilo Dwihatmanto, mempertanyakan klaim "100% Murni 100% Indonesia" pada iklan produsen air minum dalam kemasan AQUA. Menurutnya, iklan tersebut membawa "pesan ambigu" dan karena itulah pengawas periklanan mempertanyakannya.
"Ketika iklan itu muncul, kami sudah bahas dan rapatkan dan kami juga sudah bersurat, mempertanyakan apa dasar perusahaan mengklaim "100% Murni 100% Indonesia"," katanya dalam sebuah wawancara media beberapa waktu lalu.
"Benar bahwa Aqua brand dari Indonesia, didirikan oleh orang Indonesia dan beroperasi di Indonesia. Tapi ketika ada klaim "100% Indonesia", pertanyaannya apakah betul perusahaan 100% milik orang Indonesia? Itu yang jadi pertanyaan, jadi ada ambigunya," urai Susilo.
Baca Juga: Masyarakat Dinilai Tak Terpengaruh Framing Negatif terhadap Aqua
Susilo mengungkapkan Aqua awalnya didirikan dan dimiliki sepenuhnya oleh warga negara Indonesia. Tapi saat Krisis Moneter, kepemilikan perusahaan berganti. Mayoritas saham Aqua berpindah ke Danone. "Pemilik AQUA adalah Danone Indonesia, yang induknya ada di Perancis. Nah, bagaimana bisa perusahaan kemudian mengklaim dalam iklan kalau produk mereka "100% Indonesia"? Itu yang sebenarnya kami pertanyakan," katanya.
Etika Pariwara Indonesia antara lain mengatur iklan harus disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan tidak menyesatkan khalayak. Etika juga mewajibkan penggunaan kata "100%", "murni", "asli" atau yang bermakna sama -- untuk menyatakan sesuatu kandungan, kadar, bobot, tingkat mutu, dan sebagainya -- hanya boleh jika disertai bukti penjelasan resmi dari lembaga riset, laboratorium, dan lembaga standarisasi yang kredibel.
Menurut Susilo, iklan Aqua tersebut muncul untuk menangkis gelombang boikot Israel. "Setahu saya, iklan tersebut muncul untuk meng-counter isu boikot. Bahkan iklannya pun diperankan oleh ibu-ibu pakai hijab," katanya menggambarkan upaya perusahaan merebut hati konsumen Indonesia.
Baca Juga: Soal Artikel AQUA, Pakar Komunikasi Sayangkan Ada Penggorengan ke Arah Persaingan Usaha
Dalam catatan redaksi, Aqua termasuk di antara merek yang kena imbas gerakan global Israel. Ini lantaran Danone diduga aktif berbisnis dan mendukung perekonomian rezim Zionis di saat genosida atas Gaza telah menewaskan lebih dari 35.000 orang dan memicu kemarahan dunia.
Lebih jauh Susilo menyatakan konsumen berhak mengkritisi klaim dalam iklan perusahaan manapun. "Semua merek perlu hati-hati melakukan klaim dalam iklan. Karena itu akan mempengaruhi kredibilitas brand," tambahnya.
Sementara itu, Dosen Periklanan Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia), Andre Donas, menduga iklan Aqua tersebut hadir sebagai respon perusahaan atas gerakan boikot Israel yang ikut menyasar brand Aqua. "Saya kira yang berhak menilai apakah benar klaim Aqua "100% Murni" adalah BPOM," katanya.
Baca Juga: Cendekiawan NU Nadirsyah Hosen Anggap Persoalan Artikel Aqua Sudah Selesai
Adapun terkait klaim "100% Indonesia" dalam iklan yang sama, dia melihatnya sebagai klaim atas merek Aqua yang berasal dari Indonesia dan tak ada kaitannya dengan kepemilikan saham perusahaan oleh Danone.
Terlepas dari itu, Andre bilang masyarakat bisa melaporkan setiap iklan yang dianggap overclaim dan merugikan. "Laporkan saja ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) kalau memang dirugikan akibat overclaim dalam iklan tertentu," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Belinda Safitri
Tag Terkait:
Advertisement