- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi, Likuiditas dan Kualitas Kredit BBNI Masih Sehat
Tren suku bunga yang masih tinggi memang berdampak pada berkurangnya likuiditas di pasar keuangan, termasuk sektor perbankan.
Di tengah kondisi tersebut, likuiditas PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terjaga tetap sehat dan mampu mendorong kredit sesuai target.
Analis Trimegah Sekuritas Jonathan Gunawan mengatakan saat ini pengetatan likuiditas terjadi pada industri perbankan di Indonesia. Meski demikian, menurutnya BNI masih memiliki likuiditas yang cukup baik.
“Masih kuat (likuiditasnya), karena BNI juga mendapatkan insentif GWM tambahan yang akan membantu likuiditas BNI dalam penyaluran kredit,” kata Jonathan.
Jonathan mengatakan likuiditas BBNI masih cukup untuk mencapai target pertumbuhan kredit dari BNI 9,0-11,0% YoY.
“Mengingat yang seperti saya sampaikan sebelumnya, terdapat insentif GWM yang lebih besar untuk BNI yang dapat menambah likuiditas,” ujarnya.
Laporan keuangan bulanan BBNI (bank only) pada Mei 2024 menunjukkan posisi kredit berada di Rp 709 triliun, tumbuh 12,6% secara year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Fundamental BBNI Dinilai Solid Berkat Kualitas Kredit dan Kekuatan Modal
Dari sisi pendanaan, total Dana Pihak Ketiga (DPK) bank berlogo 46 tersebut mencapai Rp 788 triliun, naik 7,2% yoy. Dengan demikian, posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) BBNI per akhir Mei 2024 berada di angka 90%.
LDR BBNI pun masih berada di level 85,7% pada April 2024, dan masih lebih baik dari rata-rata LDR di bank KBMI 3 di angka 89.5%. artinya BBNI masih memiliki ruang lebar untuk menyalurkan kreditnya.
Sebagai tambahn PBV BBNI saat ini sudah mendekati 1x, sedangkan bank KBMI 4 lainnya sudah d iatas 2x, bahkan BCA sudah lebih dari 5x.
Pada kesempatan yang berbeda, Head of Research MNC Sekuritas Victoria Venny mengatakan LDR BNI saat ini mencapai 90% sehingga masih dalam tahap yang sehat dan optimal. "Apalagi di tengah kondisi era likuiditas yang masih ketat seperti sekarang ini. Masih dalam batas ideal,” katanya.
Venny menjelaskan, LDR memang merupakan rasio yang konservatif. Namun, bank tidak hanya dapat menghimpun dana dari masyarakat, melainkan juga dengan menerbitkan instrumen keuangan seperti obligasi dan alternatif lainnya.
“Persaingan memang terjadi di antara bank untuk menghimpun dana dari masyarakat. Namun, dengan suku bunga tinggi, Cost of Fund (CoF) juga naik. Bank perlu mengatur strategi pendanaan yang optimal dan terdiversifikasi sehingga CoF bisa terjaga dan NIM dapat dipertahankan,” ungkap Venny.
Pada BBNI, diversifikasi pendanaan dilakukan dengan menerbitkan global bond senilai USD 500 juta, yang merupakan serangkaian aktivitas pendanaan yang dilakukan perseroan sejak tahun 2020.
Venny optimistis dengan likuiditas yang dimiliki saat ini, baik yang masuk dari pendanaan masyarakat maupun posisi surat berharga yang diterbitkan sebesar Rp 31 triliun per akhir Mei 2024, BBNI mampu mencapai target sasaran kredit 9-11% di tahun 2024 yang juga sejalan dengan kinerja Mei 2024.
Selain aspek likuiditas yang menjadi sorotan, sumber pendanaan dari bank juga turut diperhatikan. Posisi dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) BBNI pada akhir Mei 2024 mencapai 71%, membaik dibandingkan periode Mei 2023 yang mencapai 70%.
Baca Juga: BNI Bagikan Remunerasi Saham, Total Rp61,68 Miliar
Perbaikan rasio CASA BBNI tersebut ditopang oleh optimalisasi pendanaan dari giro yang tumbuh 13,8% yoy, sehingga meningkatkan total dana murah bank sebesar 9,0% yoy, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan deposito yang mencapai 3,1%.
Aspek kualitas kredit juga tak luput menjadi pertimbangan karena nantinya akan berdampak pada beban pencadangan bank. Kualitas kredit yang memburuk akan membuat pencadangan bank meningkat. Namun, pada BBNI, beban pencadangan atau provisi justru menurun.
Venny mencatat, Cost of Credit (CoC) BBNI pada lima bulan awal 2024 setara dengan 1,0%. Menurut perhitungannya, CoC bank BUMN dengan aset lebih dari Rp 1.000 triliun tersebut membaik sebesar 30 basis poin (bps) secara tahunan akibat perbaikan kualitas aset.
Realisasi CoC BBNI pada akhir Mei 2024 tersebut sejalan dengan target yang ditetapkan oleh manajemen, yaitu di bawah 1,4%. Hal ini sejalan dengan perbaikan kualitas kredit yang tercermin dari rasio kredit macet (Non-Performing Loan/NPL) yang mencapai angka 2% pada kuartal I-2024 dibandingkan posisi kuartal I-2023 di angka 2,8%.
Di sisi lain, cakupan pencadangan atas NPL atau coverage BBNI juga semakin tebal. Pada kuartal I-2024, angkanya mencapai 330,2%. Sementara itu, pada akhir kuartal I-2023 angkanya mencapai 286,8%.
Sementara untuk Net Interest Margin (NIM), manajemen mengestimasi akan lebih tinggi 10-20 bps dari posisi akhir kuartal I-2024. Hal tersebut didorong oleh strategi loan repricing dan strategi reduksi CoF.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement