Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku optimistis perihal penerimaan perpajakan sepanjang tahun 2024 ini bakal tetap terjaga kendati diperkirakan lebih rendah dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Menurut keterangannya dalam Rapat Kerja Badan Anggaran (Banggar) DPR di Jakarta, Senin (8/7/2024), Sri Mulyani memperkirakan jika penerimaan pajak mencapai 96,6% dari target APBN, sementara penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai 92,4% dari target. Penerimaan perpajakan secara keseluruhan diproyeksikan mencapai 96% dari target.
Baca Juga: BUMN PTPN IV PalmCo Gandeng Malaysia untuk Olah Cangkang Sawit
“Kita melihat outlook untuk pendapatan negara dari sisi pajak diperkirakan akan mencapai 96,6 persen dari APBN, ini masih tumbuh tipis 2,9 persen. Ini artinya perekonomian nasional kita masih relatif terjaga, meskipun tekanan dari beberapa komoditas yang sangat besar,” kata Sri Mulyani, Senin (8/7/2024).
Kemenkeu melakukan upaya untuk menggenjot penerimaan pajak di antaranya meningkatkan kebijakan pengawasan dan kepatuhan wajib pajak serta memperkuat Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Tujuan dari Kemenkeu, penerimaan pajak pada semester II nanti akan lebih tinggi dari semester I yakni sekitar Rp1.028,1 triliun pada semester mendatang dan Rp893,8 triliun pada semester sebelumnya.
“Sehingga total penerimaan akan mencapai Rp1.921,9 triliun atau ada pertumbuhan penerimaan 14,5 persen,” ujar Menkeu.
Sementara itu, untuk kepabeanan dan cukai, Sri Mulyani memprediksi down trading golongan rokok ke kelompok yang lebih murah, di sisi lain, perlu juga meningkatkan pengawasan dan penindakan terutama untuk rokok illegal, serta harga komoditas minyak kelapa sawit (CPO) yang masih akan memengaruhi kinerja pos penerimaan bea dan cukai.
“Kami perkirakan pada semester II untuk bea dan cukai akan terkumpul Rp162,3 triliun atau tumbuh 7,5 persen. Dengan demikian, keseluruhan tahun akan tercapai Rp296,5 triliun atau 92,4 persen dari target APBN, tumbuh 3,5 persen dibandingkan tahun lalu,” ucapnya.
Sedangkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) diprediksi mencapai Rp549,1 triliun. Angka tersebut terkontraksi 16% dibandingkan dengan tahun lalu lantaran dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak mentah Indonesia (ICP), lifting migas, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Baca Juga: Prabowo Subianto Diharapkan Perbaiki Tata Kelola Sawit
“Tahun lalu waktu kita mendesain APBN memang sudah diprediksi PNBP akan mengalami penurunan, sekitar 10,4 persen karena harga komoditas yang boom dan extraordinary pada tahun sebelumnya tidak akan terulang pada 2024,” tutur Menkeu,
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement