Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

India Getol Bunuh Sawit RI, Gapki: Mereka Masih Bergantung

India Getol Bunuh Sawit RI, Gapki: Mereka Masih Bergantung Petani memanen perdana kepala sawit program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di KecamatanTeluk Gelam, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Senin (17/7/2023). Kementerian Pertanian melakukan panen perdana kelapa sawit program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dilahan 1.157 hektare yang ditanam pada tahun 2020 lalu. | Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Kompartemen Media Relation Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki), Fenny Sofyan menyebut ada banyak kampanye negatif yang digaungkan oleh kalangan muda-mudi, influencer atau selebgram, hingga artis di India terkait sawit di Indonesia.

Menurut Fenny, kaum muda-mudi hingga artis di India hingga saat ini mulai menyebarkan berbagai kampanye negatif dan menyebut produk sawit Indonesia tidak sehat. para kaum muda dan seleb di India menyatakan sikap tegasnya untuk tidak mau menggunakan produk minyak kelapa sawit Indonesia. Padahal, Fenny menyebut jika India adalah negara yang sangat bergantung pada kelapa sawit RI yang mana ekspor terbesar produk minyak kelapa sawit Indonesia salah satunya ke India.

"Kalau dulu diskriminasi dan kampanye negatif soal sawit yang rewel Eropa. Jangan salah, sekarang India, negara yang sangat bergantung kepada sawit Indonesia, dan kita tahu mereka juga salah satu importir yang terbesar di industri kelapa sawit. Tapi anak mudanya kini mulai anti sawit," kata Fenny dalam diskusi bersama Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) di Auditorium Kementerian Pertanian (Kementan) Jakarta, Kamis lalu dikutip Senin (15/7/2024).

Saat ini, pihaknya mengamati bahwa banyak banner atau iklan yang disampaikan oleh para seleb dan kaum muda India yang menyoroti kalau minyak sawit Indonesia tidak sehat. dalam kampanye negatif tersebut, disampaikan bahwa kesadaran akan pentingnya kesehatan yang digaungkan oleh seleb dan muda-mudi India bermula ketika pandemi Covid-19.

"Jadi yang di India itu kampanye negatifnya lebih banyak terkait dengan bagaimana itu berpengaruh terhadap kesehatan. Dan sebenarnya awareness itu muncul dari ketika pandemi Covid-19 ya, di mana awareness terhadap kesehatan gitu kan jadi lebih tinggi. Itu dipergunakan untuk para campaigner negatif sawit sebagai isu yang efektif," ujarnya.

Baca Juga: Meski Lahan Lebih Luas, Produktivitas Sawit Indonesia Kalah dari Malaysia

Oleh sebab itu, dia menilai jika Industri sawit dan pemerintah Indonesia tidak boleh terlena begitu saja serta membiarkan kampanye negatif tersebut kian merajalela. Gapki, sambungnya, bersama Malaysia Palm Oil Association dan CPOPC saat ini sudah mulai menyuarakan kampanye positif tentang minyak sawit.

"Kita jangan sampai terlena dan membiarkan ini terjadi. Kami dari Gapki sebetulnya dengan Malaysia Palm Oil Association, kemudian CPOC itu kita sudah bersama-sama mulai melakukan campaign-campaign ya," ucap dia.

India kini, ungkap Fenny, mulai berupaya untuk lepas dari jerat ketergantungan impor sawit Indonesia. hal ini terlihat dari pemerintah India yang mulai membangun perkebunan sawit mereka sendiri.

Akan tetapi, Fenny menegaskan agar Indonesia tidak perlu khawatir lantaran India bagaimanapun masih akan tetap bergantung pada impor sawit dari Indonesia karena mereka masih belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan di dalam negerinya.

"India juga sudah mulai resah dengan ketergantungannya terhadap sawit. Mereka sudah mulai membuka perkebunannya sendiri. Tapi jangan khawatir, walaupun mereka buka, mereka tetap nggak bisa full fill kebutuhannya mereka. Jadi mereka hanya mencoba untuk tidak mengurangi risiko tertinggi," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: