Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemerintah Indonesia Optimistis Bisa Penuhi Kebutuhan Baterai EV Dunia

Pemerintah Indonesia Optimistis Bisa Penuhi Kebutuhan Baterai EV Dunia Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah menyampaikan kebutuhan baterai dunia akan mencapai menjadi 5.300 Giga Watt hour (GWh) pada tahun 2025.

“Pada tahun 2025, kebutuhan baterai dunia akan mencapai 5.300 Gwh,” ucap Agus pada acara International Battery Summit 2024, Senin (29/7/2024).

Baca Juga: Luncurkan Produk Berbasis AI, Fox Logger Targetkan 10.000 Kendaraan di Tahap Awal

Ia melanjutkan, permintaan itu berasal dari kendaraan listrik dan aplikasi elektronik yang datang dari tiga wilayah, yakni Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Asia.

”5.300 gigawatt didominasi oleh permintaan kendaraan listrik roda empat, disusul kendaraan listrik roda dua, bus, sistem penyimpanan energi baterai, serta berbagai barang dan aplikasi elektronik. Permintaan baterai EV sebagian besar berasal dari tiga wilayah, yakni AS, Uni Eropa, dan Asia,” terang Agus.

Dengan cadangan nikel yang terbesar di dunia, Agus Optimis Indonesia akan menjadi bisa memainkan peran penting di sisi hulu bisnis baterai. Cadangan itu tersebar di 90% wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara serta Maluku Utara.

”Produksi bijih nikel meningkat seiring dibangunnya smelter dalam negeri, seiring dengan pembatasan ekspor sejak tahun 2020, untuk mendukung pemenuhan bahan baku smelter,” lanjut Agus.

Baca Juga: Sebanyak 6 Mobil EV Wuling Masuk 10 Besar Penjualan EV Terlaris

Sebagai informasi, Indonesia melalui perusahaan joint venture PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power sebagai pabrik sel baterai pertama di dunia telah memulai produksi baterai berkapasitas 10 GWh.

”Pembuatan baterai berkapasitas 10 gigawatt baru saja dimulai pada bulan ini, menjadikan Indonesia sebagai produsen baterai terbesar di Asia, dan terlebih lagi, daur ulang lithium baterai EV (juga) sudah beroperasi sejak tahun 2023,” kata Agus.

Saat ini Indonesia memang tengah intensif dalam meningkatkan pembangunan smelter atau industri pengolahan nikel. Kementerian Perindustrian mencatat total proyek smelter nikel di Indonesia per Maret 2024 mencapai 70 proyek.

Baca Juga: Jokowi Puji Infrastruktur IKN: Air Melimpah, Listrik Oke, Internet Bagus

Dari jumlah itu, 44 smelter nikel beroperasi di bawah binaan Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), 9 smelter nikel yang sedang dalam tahap konstruksi, serta 7 lainnya yang masih dalam tahap studi kelaikan.

Jika semua perusahaan tersebut sudah beroperasi kata Agus Indonesia mampu memproduksi bahan baterai hulu EV berbasis nikel sebesar 1.143 GWh.

Baca Juga: Luhut Klaim Indonesia Sukses Daur Ulang Baterai Mobil Listrik hingga 99,5%

”Ekosistem industri baterai kendaraan listrik di Indonesia telah berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir, dari hulu hingga hilir, mulai dari aktivitas penambangan hingga pembuatan paket baterai, dan bahkan bisnis daur ulang baterai,” tutup Agus.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: