Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Padahal Kunci Atasi Krisis Pangan, Penerapan Benih Hasil Rekayasa Genetik Masih Terhambat Regulasi

Padahal Kunci Atasi Krisis Pangan, Penerapan Benih Hasil Rekayasa Genetik Masih Terhambat Regulasi (Dua dari kiri) Direktur Eksekutif CLID Agung Kurniawan; Perwakilan PPVTPP Wiji Astuti; Ketua Komisi Keamanan Hayati Prof. Bambang Prasetya; Anggota tim Penilai Varietas PRG Prof. Dr. Ir. Sobir, M.Si; Anggota Komisi Keamanan Hayati Dr. Ir. Roy Sparringa, M.App.Sc.; Chairman CLID Kukuh Ambar Waluyo; Biotech and Seeds Manager CLID Agustine Christela M dalam sesi Pemaparan Teknis kegiatan Sarasehan "Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern" (31/7) di Menara Mandiri, Jakarta. | Kredit Foto: CropLife Indonesia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) Kementerian Pertanian (Kementan) dan  CropLife Indonesia (CLID) berkolaborasi menekankan pentingnya pemahaman teknologi untuk mendongkrak sektor pangan di Indonesia.

Kedua pihak bekerja sama menghadirkan sarasehan “Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern” yang mana menekankan bahwa bioteknologi bisa menjadi solusi ancaman krisis pangan hingga lonjakan harga kebutuhan pokok yang terjadi. Salah satu yang kedua belah pihak dorong adalah Produk Rekayasa Genetik (PRG).

Baca Juga: Bapanas Serukan Stop Boros Pangan Demi Penuhi Ketahanan Pangan Nasional

Kepala PPVTPP, Dr. Ir. Leli Nuryati mengatakan bahwa benih hasil rekayasa memiliki keunggulan tersendiri yang membuatnya begitu diminati oleh petani. Namun terdapat hambatan seperti regulasi, pengembangan hingga komersialisasi yang perlu diperhatikan oleh semua pihak.

“PRG nyatanya sangat dinantikan oleh petani kita. Pada dasarnya mereka sangat siap untuk mengelola varietas unggulan ini," ungkapnya, dilansir dari keterangan tertulis yang diterima Kamis (01/08/2024).

Namun terdapat hambatan seperti regulasi, pengembangan hingga komersialisasi yang perlu diperhatikan oleh semua pihak. Hal ini juga yang membuat Indonesia bisa dikatakan terlambat dalam hal pengembangan bioteknologi untuk pangan.

"Tugas kita adalah memastikan proses pelepasan yang sesuai aturan dan prosedur, serta meminimalisir produk palsu yang merugikan petani juga masyarakat,” jelas Leli.

Baca Juga: Bukan Hanya Babat lahan, Lumbung Pangan di Merauke akan Manfaatkan Teknologi Smart Farming

Senada, Direktur Eksekutif CropLife Indonesia Agung Kurniawan mengatakan Indonesia baru memiliki 10 varietas benih bioteknologi yang telah mendapat persetujuan penggunaannya, dan itu pun masih dalam skala terbatas. Sepuluh benih tersebut adalah delapan (8) jenis jagung PRG, satu (1) kentang PRG, dan satu (1) tebu PRG.

“Regulasi yang ketat masih jadi kendala utama para peneliti di lapangan. Ditambah, ada kemungkinan ketika benih tersebut berhasil dikomersialisasi, tantangan yang dihadapi para petani sudah berubah. Padahal dari sisi petani, mereka sudah sangat antusias dan siap untuk mengadopsi teknologi ini secepatnya,” jelasnya.

Agung mencontohkan keberhasilan beberapa negara Asia, seperti Vietnam dan Filipina, yang telah mengadopsi bioteknologi dan mengalami peningkatan produksi pertanian hingga 30%.

Baca Juga: Bukan Hanya Babat lahan, Lumbung Pangan di Merauke akan Manfaatkan Teknologi Smart Farming

Penerapan benih bioteknologi memungkinkan petani untuk meminimalisir potensi kehilangan hasil tani karena dirangcang untuk memiliki sejumlah keunggulan seperti lebih resisten terhadap hama, gulma, penyakit, ataupun kondisi lingkungan yang ekstrem.

Dengan pemanfaatan benih bioteknologi ini, potensi kehilangan hasil pertanian bisa ditekan hingga 10%, yang berarti ada peningkatan produksi panen yang signifikan bagi petani di lahan terbatas.

Baca Juga: TJSL PLN Peduli Cetak Lapangan Kerja dan Kembangkan UMK Secara Nasional

"Pencapaian ini menunjukkan potensi besar bioteknologi dalam memperkuat ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Kami berharap sinergi antara berbagai pihak ini dapat mendorong pengembangan dan komersialisasi benih bioteknologi di pasar, sehingga para petani dapat merasakan dampak positif yang sama seperti di negara-negara lain," tegas Agung.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: