Studi AC Ventures Ungkap Penerapan GenAI di Industri Keuangan Baru Sebatas Tugas Sehari-hari
Perusahaan modal ventura terkemuka di Asia Tenggara, AC Ventures, bekerja sama dengan Boston Consulting Group (BCG), dan unit desain serta teknologi BCG X, serta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia), merilis laporan komprehensif berjudul “Harnessing the Power of (Gen)AI in Indonesian Financial Services.” Peluncuran laporan ini berlangsung di kantor pusat AC Ventures, Jakarta, Rabu (14/8/2024).
Studi yang didasarkan pada survei terhadap 41 pemimpin bisnis institusi keuangan dan wawancara dengan lima startup fintech ini, mengungkapkan bahwa wawasan penting mengenai adopsi dan dampak AI serta GenAI di sektor layanan keuangan Indonesia. Laporan ini mencakup rekomendasi strategis bagi para pemimpin bisnis di sektor swasta untuk menerapkan teknologi ini dalam produk dan operasional mereka. Laporan ini juga menyajikan saran kunci dari Kadin Indonesia untuk pemerintah Indonesia seiring transisi ke pemerintahan baru dan mengejar pengembangan AI nasional untuk kepentingan negara.
Inti dari temuan laporan ini adalah kerangka kerja strategis multilateral "Deploy, Reshape, Invent," yang membimbing institusi keuangan Indonesia tentang cara mengintegrasikan GenAI secara efektif untuk memaksimalkan manfaatnya. Di antara tiga pilar ini, responden AC Ventures memprioritaskan ‘deploying’ dan ‘inventing’ dibandingkan dengan ‘reshaping’ proses internal, dengan 51% fokus pada penerapan GenAI untuk tugas sehari-hari, dan 27% melihat peluang besar dalam menciptakan produk dan layanan baru yang didukung oleh GenAI.
Baca Juga: Riset Confluent: Streaming Data dan GenAI Jadi Prioritas Investasi TI di Tahun 2024
Di Indonesia, 61% institusi keuangan merasa yakin dengan infrastruktur teknologi mereka yang diperlukan untuk mengintegrasikan GenAI, terutama dalam konteks data dan sistem teknologi yang kokoh. Hampir setengah dari pemimpin sektor lokal mengklaim sudah memanfaatkan GenAI untuk meningkatkan layanan pelanggan, dengan sepertiga di antaranya melaporkan manfaat yang terlihat.
Selain itu, 44% pemimpin lokal mengakui potensi GenAI dalam merevolusi penilaian risiko di microlending melalui sumber data dan model analitik yang lebih inovatif. Selain layanan pelanggan dan microlending, empat area lain di mana GenAI dianggap bermanfaat di industri ini meliputi produktivitas, pinjaman cepat, manajemen penipuan, dan personalisasi yang sangat tepat.
Seiring dengan meluasnya penggunaan GenAI, bank-bank besar dan institusi keuangan Indonesia sedang mengembangkan inisiatif terkait dari tahap pilot menjadi proyek yang dapat diskalakan. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk memperluas akses dan inklusi keuangan tetapi juga memastikan kepatuhan terhadap Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi yang ketat di Indonesia. Meskipun antusiasme terhadap kemampuan GenAI tinggi, banyak institusi keuangan Indonesia masih berada di tahap awal penerapan.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa 41% responden sedang menjalankan proyek percontohan GenAI dan uji coba konsep, memperluas penggunaan tersebut untuk memberikan nilai bisnis yang substansial masih menjadi tantangan.
Hanya 37% yang merasa memiliki bakat yang diperlukan, dan upskilling karyawan untuk menggunakan dan berinteraksi dengan alat AI adalah salah satu dari tiga prioritas dasar terendah yang disebutkan. Sementara itu, hanya 29% yang merasa yakin dengan model operasional mereka untuk kesiapan GenAI.
Andy Lees, Managing Director and Partner di BCG X mengatakan, potensi (Gen)AI di sektor keuangan Indonesia sangat jelas – teknologi ini dapat memperluas akses keuangan, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan memfasilitasi perluasan layanan yang cepat, di antara kemungkinan lainnya.
"Temuan kami menunjukkan bahwa teknologi ini telah diadopsi dengan cepat oleh baik institusi keuangan besar maupun perusahaan fintech. Namun, banyak inisiatif masih berupa proyek percontohan yang dipimpin oleh teknologi dan belum berhasil menghasilkan nilai bisnis nyata dalam skala besar," katanya.
Lees menambahkan, institusi keuangan akan mendapatkan manfaat dari kerangka kerja strategis untuk integrasi yang mencakup segala hal mulai dari implementasi teknis dan tata kelola hingga operasi dan pengembangan bakat.
"Selain itu, kerangka kerja semacam itu memungkinkan hasil dapat diukur dengan jelas, memastikan bahwa inisiatif AI terus selaras dengan tujuan bisnis. Ini akan sangat penting untuk mencapai transformasi yang berkelanjutan dan dampak bisnis yang nyata," tuturnya.
Laporan tersebut mencakup berbagai seruan untuk para pemimpin bisnis, menekankan pentingnya pendekatan strategis dan holistik dalam integrasi GenAI. Dengan fokus pada elemen-elemen dasar seperti tata kelola, teknologi, sumber daya manusia, dan proses operasional, institusi keuangan Indonesia tidak hanya dapat mengatasi tantangan, tetapi juga memimpin perlombaan GenAI, mengubah tantangan menjadi peluang untuk pertumbuhan dan inovasi.
Dalam kesempatan yang sama, Pandu Sjahrir, Pendiri AC Ventures dan Kepala Badan Ekonomi dan Financial Technology Kadin Indonesia menjelaskan, dengan pemerintahan yang akan datang berencana membangun Kedaulatan Digital (Sovereign AI), ada dorongan untuk memperbaiki kerangka regulasi dan mempercepat investasi dalam infrastruktur lokal untuk pengembangan GenAI.
"AI dan GenAI memiliki potensi untuk meningkatkan ekonomi Indonesia dengan mentransformasikan tidak hanya sektor swasta, tetapi juga perusahaan milik negara dan lembaga pemerintah. Implementasi yang efektif memerlukan pusat data yang berkelanjutan yang didukung oleh energi terbarukan, undang-undang privasi yang ketat, dan kemitraan publik-swasta yang kuat. Laporan ini memberikan panduan strategis untuk sektor swasta dan publik, sambil menekankan pentingnya keamanan siber untuk melindungi aset data nasional," jelasnya.
Baca Juga: Persaingan Kian Ketat, Adopsi Teknologi Kecerdasan Buatan Tak Bisa Dihindari
Pandu menambahkan, laporan ini juga menjadi bahan masukan untuk White Paper Arah Pembangunan dan Kebijakan Bidang Ekonomi tahun 2024-2029 yang tengah disusun oleh Kadin Indonesia.
Gunawan Woen, Co-Founder & CEO ESB, platform manajemen restoran SaaS terbesar di Indonesia yang juga merupakan perusahaan portofolio AC Ventures yang telah menerapkan AI, mengatakan, AI telah menjadi pembeda besar dalam ekosistem SaaS ESB, terutama dalam cara mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) di sektor F&B dengan berfungsi sebagai ahli keuangan, konsultan bisnis, analis pemasaran, auditor forensik, dan lain-lain—profesi yang sebelumnya terlalu mahal untuk dimiliki oleh pemilik bisnis ini.
"Dari sudut pandang ESB, alih-alih menggantikan pekerjaan, AI menawarkan banyak layanan penting yang sebelumnya tidak terjangkau oleh sebagian besar pemilik bisnis di Indonesia. GenAI, khususnya, telah memainkan peran penting dalam membantu ESB mempercepat implementasi AI khususnya di industri F&B. Kami telah berhasil mengadaptasi Large Language Models menjadi Specific Language Models," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement