Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prospek Ini Bikin Harga CPO Kembali Melesat

Prospek Ini Bikin Harga CPO Kembali Melesat Seorang petani membongkar muatan tandan buah segar (TBS) sawit dari dalam sebuah perahu pada musim banjir di Desa Raja Bejamu Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Rabu (19/2/2020). Harga TBS sawit di Rokan Hilir pada masa trek atau menurunnya produksi di perkebunan akibat perubahan cuaca ekstrim cenderung melemah menjadi Rp1120 dari harga normal Rp1400 per kilogram. | Kredit Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) terpantau melesat pada Senin (26/8/2024). Hal ini merupakan kenaikan empat hari beruntun berkat adanya prospek melemahnya produksi CPO.

Dikutip dari data BMD pada penutupan Senin (26/8/2024), kontrak berjangka CPO untuk September 2024 terpantau melejit 45 Ringgit Malaysia menjadi 4.021 Ringgit Malaysia per tonnya. Adapun untuk kontrak berjangka CPO Oktober 2024 terkerek sebesar 50 Ringgit Malaysia menjadi 3.966 Ringgit Malaysia per tonnya.

Kontrak berjangka CPO November 2024 pun tercatat meningkat 57 Ringgit Malaysia menjadi 3.924 Ringgit Malaysia per tonnya. Dan kontrak berjangka CPO Desember 2024 pun bertambah 55 Ringgit Malaysia menjadi 3.906 Ringgit Malaysia per ton.

Selanjutnya, untuk kontrak berjangka CPO Januari 2025, naik senilai 52 Ringgit Malaysia menjadi 3.899 Ringgit Malaysia per tonnya. Lalu kontrak berjangka CPO Februari 2025 terkerek sebanyak 58 Ringgit Malaysia menjadi 3.896 Ringgit Malaysia per ton.

Baca Juga: GAPKI Tegaskan DMO Minyakita Tidak Berdampak pada Ekspor CPO

Menurut Trader Minyak Sawit, David Ng, harga CPO menguat lagi prospek laju produksi yang lebih lemah di Malaysia. Tak hanya itu, harga minyak mentah yang lebih ringgi juga mendukung sentiment pasar yang positif.

"Kami melihat support di 3.850 Ringgit Malaysia per ton dan resistance di 4.000 Ringgit Malaysia per ton," katanya dikutip dari Bernama oleh Warta Ekonomi, Selasa (27/8/2024).

Sementara itu, Analis Senior Fastmarkets Palm Oil Analytics, Sathia Varqa, menjelaskan bahwa kenaikan harga minyak mentah akibat eskalasi baru di Timur Tengah dan sinyal yang lebih jelas atas pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada September telah memicu antusias membeli minyak nabati.

Berdasarkan laporan yang diterima, pada Senin harga kedelai berjangka ditutup lebih tinggi selama perdagangan siang hari di Dalian Commodity Exchange. Hal ini dikarenakan kontrak kedelai paling aktif untuk pengiriman Januari 2025 naik sekitar 41 yuan atau sekitar US$ 5,76 hingga ditutup pada 4.260 yuan per ton.

Sementara itu, kepala penelitian komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani menambahkan, kemungkinan rencana Indonesia untuk mandat biodiesel B50 pada tahun 2025 juga mempengaruhi sentimen pasar.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: