Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI Bidang Pengumpulan H. Rizaludin Kurniawan, M. Si, mengatakan pentingnya profesionalisme Amil atau seseorang yang bertugas mengelola zakat dalam mengambil peran menghadapi revolusi industri 4.0
Menurut Rizaludin, dalam dunia perzakatan, amil dituntut untuk terus berinovasi dan berprestasi agar dapat bersaing di era globalisasi. Selain itu, amil harus mampu mengambil bagian dan menjadi pembaru dalam menghadapi revolusi industri 4.0, di mana puncak industri Indonesia diprediksi akan terjadi pada 2030.
Baca Juga: BAZNAS dan UPZ Telkom Luncurkan Program ZChicken untuk 30 Mustahik di Kota Bandung
Revolusi Industri 4.0 menekankan pada penggunaan teknologi digital, seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan big data. Di sinilah peran amil zakat sangat penting, untuk memanfaatkan teknologi demi meningkatkan pengumpulan, distribusi, dan pelaporan zakat. Dengan adanya platform digital, pembayaran zakat dapat dilakukan secara online, membuatnya lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Hal ini disampaikan Rizaludin dalam Studium General Program Studi Manajemen Dakwah dengan tema Manajemen Dakwah dan Peluang Profesi Pengelola Zakat di Indonesia di Ruang Teater lantai 2 FDIK UIN Jakarta, Rabu (11/09/2024).
"Amil juga harus menjadi agen pengembangan yaitu menjadi insan kreatif-inovatif dalam memetakan permasalahan dunia perzakatan, lalu menemukan solusi-solusi yang cerdas," kata Rizaludin.
Di samping itu, amil memiliki peran strategis sebagai profesi yaitu mengamalkan pesan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Artinya Amil harus mampu menyadarkan masyarakat yang kelebihan harta akan kesucian hartanya dengan berzakat.
"Sehingga seorang Amil memiliki peran dalam mengubah mustahik menjadi muzaki," imbuhnya.
Rizaludin menambahkan, prospek amil sebagai profesi di masa depan tidak lepas dari potensi zakat di Indonesia yang sangat besar yaitu mencapai Rp327 triliun per tahun.
Menurut Rizaludin, potensi zakat yang tinggi ini dapat dioptimalkan dengan sinergitas dan kolaborasi seluruh pengelola zakat di Indonesia baik BAZNAS, LAZ, maupun UPZ serta dukungan stakeholder lain seperti pemerintah, dan masyarakat secara umum.
Rizaludin memaparkan bahwa total potensi zakat nasional adalah sebesar Rp327 triliun tersebut tersusun atas zakat pertanian Rp19,79 triliun, zakat peternakan Rp9,51 triliun, zakat tabungan dan deposito Rp58,76 triliun, zakat pendapatan dan jasa Rp139,07 triliun, yakni terdiri dari potensi zakat ASN se-Indonesia Rp9,15 triliun, potensi zakat pendapatan dan jasa individu non ASN se-Indonesia Rp129,8 triliun dan zakat badan (Perusahaan) se-Indonesia Rp99,99 triliun.
Selain itu, pengumpulan zakat nasional juga memiliki tren yang positif, di mana pengumpulan zakat pada tahun 2023 meningkat sebesar Rp32,32 triliun.
"Pertumbuhan pengumpulan tertinggi terjadi pada tahun 2022 yaitu sebesar 59.2%, sementara pada tahun 2023 mencapai angka sebesar 43,74%," ucapnya.
Baca Juga: Penyempurna Ibadah Haji, BAZNAS Komitmen Optimalkan Pelayanan Dam Jemaah
"Dengan kondisi ini, maka bukan tidak mungkin amil zakat memiliki potensi besar sebagai profesi di masa depan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement