Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia dan Tiongkok Tingkatkan Kerja Sama untuk Transisi Energi Terbarukan

Indonesia dan Tiongkok Tingkatkan Kerja Sama untuk Transisi Energi Terbarukan Kredit Foto: IESR
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia terus memperkuat kemitraannya dengan Tiongkok dalam rangka mempercepat transisi energi ke energi terbarukan guna menghadapi krisis iklim. Institute for Essential Services Reform (IESR) menekankan pentingnya kemitraan internasional, terutama dengan negara-negara yang aktif mengembangkan energi terbarukan, seperti Tiongkok, untuk berbagi teknologi dan menarik investasi dalam sektor energi.

Kerja sama Indonesia dan Tiongkok semakin erat, terutama melalui inisiatif Belt and Road Initiative (BRI) sejak 2013. Hingga 2022, total investasi Tiongkok di sektor energi Indonesia mencapai USD 8,9 juta atau sekitar Rp 93 triliun, dengan 14 persen dari investasi tersebut dialokasikan untuk energi terbarukan.

Dino R. Kusnadi, Diplomat Ahli Madya Kementerian Luar Negeri, menyatakan bahwa Indonesia, yang menganut prinsip bebas aktif dalam hubungan internasional, memiliki keleluasaan untuk memilih mitra yang memberikan nilai tambah dalam teknologi, infrastruktur, dan ekonomi.

Baca Juga: Elnusa dan Pertamina Geothermal Kolab Bareng Genjot Pengembangan Energi Panas Bumi

"China dan Indonesia mempunyai kerja sama yang saling melengkapi. Indonesia merupakan mitra prioritas China. Selama memberikan nilai tambah, kerja sama dapat terus berlangsung. Di sisi lain, Indonesia perlu meningkatkan kapasitasnya agar tidak ketinggalan dengan Tiongkok," ujar Dino dalam Media Briefing yang diselenggarakan IESR, di Jakarta, Selasa (24/9).

Arief Rosadi, Manajer Program Diplomasi Iklim dan Energi IESR, menambahkan bahwa Tiongkok berkomitmen mendukung pengembangan energi ramah lingkungan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Indonesia, dengan target nol emisi pada 2060, bahkan bisa mempercepat target tersebut menjadi 2050 dengan dekarbonisasi sektor energi, membuka peluang kerja sama lebih luas dengan Tiongkok.

Untuk mencapai nol emisi karbon, kajian IESR menunjukkan bahwa Indonesia membutuhkan investasi sebesar USD 1,3 triliun. Kolaborasi internasional yang kuat, termasuk dengan Tiongkok, diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut, terutama dalam mengembangkan proyek energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.

Agung Marsallindo, Koordinator Proyek Transisi Energi Asia Tenggara IESR, menjelaskan bahwa Tiongkok dapat mendukung transisi energi Indonesia melalui kolaborasi teknologi dan manufaktur serta investasi hijau.

"Memperkuat peluang kerja sama Indonesia dan Tiongkok dalam sektor energi terbarukan sangat diperlukan dalam mengedepankan pembangunan hijau dan berkelanjutan. Hal ini dapat membuka kesempatan Indonesia sebagai hub manufaktur energi terbarukan, mendukung dekarbonisasi industri, serta memastikan kerangka pembiayaan proyek hijau yang bankable dan jangka panjang,” ungkap Agung.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: