PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) berhasil mencatat produksi crude palm oil (CPO) di semester I 2024 ini sebanyak 570.000 ton baik untuk anak perusahaan maupun perusahaan asosiasi terkait.
Hal tersebut diungkap oleh Corporate Secretary TAPG, Joni Tjeng, yang menjelaskan bahwa produksi tandan buah segar (TBS) di periode yang sama tercatat sekitar 1,8 juta ton untuk anak perusahaan dan perusahaan asosiasi.
“Produksi diperkirakan akan meningkat di akhir kuartal III 2024 dan akan terus meningkat di kuartal IV seiring siklus produksi dan iklim yang mendukung,” ujar Joni, Selasa (1/10/2024).
Bahkan, TAPG per hari ini berhasil melakukan replanting di Area Jambi. Disusul pada tahun 2025 nanti, perseroan bakal kembali melakukan replanting.
“Tahun ini TAPG menganggarkan belanja modal sebesar Rp 600 miliar dengan mayoritas penggunaan masih untuk infrastruktur,” paparnya.
Dikutip dari Trading Economics, Senin (30/9/2024), harga CPO sudah naik 3,37% dalam sebulan terakhir ke MYR 4.052 per ton.
Selain itu, Joni juga menjelaskan terkait fokus bisnis TAPG di tahun 2024 ini yang masih berkutat pada dua hal utama di antaranya adalah optimalisasi hasil produksi melalui program pemupukan dan optimalisasi infrastruktur pendukung untuk memaksimalkan produksi dan delivery dalam segala kondisi iklim.
“Tantangan utama pada sisa tahun 2024 adalah curah hujan yang diperkirakan akan meningkat signifikan akibat La Nina yang akan menerpa Indonesia dan Malaysia,” ungkapnya.
Baca Juga: Fluktuasi Harga CPO, Indonesia Siap Implementasi B40
Joni menuturkan, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) TAPG hingga bulan Agustus masih berada di atas Rp 12.000 per kilogram (kg).
Perseroan melihat peningkatan harga lebih dikarenakan produksi CPO nasional yang berada di bawah estimasi awal.
“Peningkatan harga ini diharapkan dapat menjaga performa perseroan di Tengah produksi yang belum optimal di kuartal III 2024,” tuturnya.
Lebih lanjut, Joni memprediksi bahwa industri CPO domestik masih bisa meningkat. Adapun faktor pendorongnya yakni rencana pemerintah yang bakal menurunkan pajak ekspor. Sehingga, hal tersebut bisa meningkatkan aktivitas tersebut.
Namun, pihaknya mengaku hingga saat ini masih memiliki fokus bisnis penjualan ke pasar domestik.
“Sehingga, kebijakan tersebut diproyeksikan baru akan mendorong pertumbuhan kinerja TAPG dan industri sawit Indonesia secara keseluruhan mulai tahun 2025,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement