Menteri Investasi Laporkan Realisasi Investasi Triwulan III Meningkat 15,24%, Ini Kontributornya
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi RI di triwulan III tembus sebesar Rp431,48 triliun atau meningkat 15,24% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Dari peningkatan tersebut sektor hilirisasi menyumbang Rp91,51 triliun atau senilai 21,2%.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan P. Roeslani menegaskan bahwa kinerja realisasi investasi pada triwulan III 2024 sangat dipengaruhi oleh kebijakan hilirisasi yang dijalankan secara konsisten oleh pemerintah. Menurutnya, hilirisasi adalah kunci pertumbuhan investasi karena dapat meningkatkan nilai tambah dan penciptaan lapangan kerja.
"Hilirisasi memainkan peran penting dalam meningkatkan investasi di Indonesia. Yang paling penting, hilirisasi ini memungkinkan kita memiliki produk dengan nilai tambah dan menciptakan lapangan pekerjaan," ungkap Rosan pada konferensi pers terkait Realisasi Investasi Triwulan III 2024 dan Capaian Investasi 10 Tahun Pemerintahan Jokowi di Jakarta, Selasa (15/10/2024).
Realisasi tersebut tidak hanya berkontribusi pada pemenuhan 26,15% dari total target investasi tahun 2024, namun juga mampu menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 650.172 orang.
"Kita melihat angka (hilirisasi) ini cukup konsisten, baik secara triwulanan, tahunan, maupun lima tahunan, selalu di atas 20 persen. Ini menunjukkan bahwa kebijakan hilirisasi yang dijalankan oleh Presiden Joko Widodo sudah menghasilkan dampak yang sangat positif," ujar Rosan.
Rosan juga melaporkan bahwa realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada triwulan III juga naik 11,62% dibandingkan tahun sebelumnya, dari Rp178,20 triliun menjadi Rp198,83 triliun.
Sementara Penanaman Modal Asing (PMA) naik 18,55%, dari Rp196,20 triliun menjadi Rp232,65 triliun, dengan kontribusi PMA mencapai 53,92% dari total investasi. Lima besar negara PMA adalah Singapura (US$5,50 miliar), Hong Kong (US$2,24 miliar), Tiongkok (US$1,86 miliar), Malaysia (US$0,99 miliar), dan Amerika Serikat (US$0,84 miliar).
Berdasarkan sektor usaha, investasi terbesar berasal dari sektor Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi (Rp58,04 triliun), diikuti oleh Industri Logam Dasar (Rp55,87 triliun), Pertambangan (Rp44,64 triliun), Industri Kimia dan Farmasi (Rp31,61 triliun), serta Industri Makanan (Rp31,30 triliun).
Baca Juga: Investasi Lokal Pacu Pembangunan di Papua 10 Tahun Terakhir
Periode Januari-September 2024
Sejalan dengan pencapaian yang kuat pada Triwulan III, realisasi investasi kumulatif selama periode Januari–September 2024 juga menunjukkan performa positif. Capaian ini menjadi indikasi bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mencapai target investasi hingga akhir tahun 2024. Dengan realisasi yang telah tercapai dalam sembilan bulan pertama, optimisme bahwa target tersebut dapat terlampaui semakin kuat.
"Realisasi sudah mencapai Rp1,261 triliun, meningkat hampir 20% yoy. Target akhir tahun sebesar Rp1.650 triliun sudah tercapai 76,4%. Bahkan, jika kita bicara target renstra (Rencana Strategis), sudah melebihi," ungkap Rosan.
Sama seperti Triwulan III, peridoe Januari-September 2024 juga dipengaruhi oleh sektor hilirisasi yang berkontribusi sebesar Rp272,91 triliun atau 21,6 % dari total investasi. Pada periode tersebut, investasi luar Jawa mencapai Rp635 triliun (50,34%), meningkat 16,34% dibandingkan Rp545,81 triliun pada periode yang sama di 2023.
Baca Juga: Ditunjang Investasi, SKK Migas dan KKKS Optimistis Tingkatkan Eksplorasi
Capaian Investasi 10 Tahun
Jika ditarik lebih jauh, selama 10 tahun pemerintahan Presiden Jokowi, realisasi investasi mencapai Rp9.117,4 triliun, dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 13.836.775 orang. Angka ini melebihi target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Investasi/BKPM sejak 2021, menunjukkan keberhasilan kebijakan yang dijalankan dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif.
“Dalam 10 tahun terakhir, kestabilan ekonomi dan politik telah meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Investasi adalah komitmen jangka panjang, sehingga kestabilan sangat penting," ujar Rosan.
Sektor manufaktur juga terus menjadi pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi. Selama satu dekade terakhir, sektor ini mengalami perkembangan signifikan. Hal ini menunjukkan peran strategis manufaktur sebagai motor penggerak ekonomi nasional. Ke depan, fokus akan terus diarahkan untuk menguatkan sektor ini agar kontribusinya terhadap investasi dan penciptaan lapangan kerja semakin besar.
"Pertumbuhan manufaktur mencapai 15,5% selama 10 tahun terakhir. Sektor ini memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi dan perlu terus didorong ke depan," tutup Rosan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement