Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bantah Isu Disertasi Bahlil yang Disebut Bermasalah, Ini Klarifikasi dari Akademisi

Bantah Isu Disertasi Bahlil yang Disebut Bermasalah, Ini Klarifikasi dari Akademisi Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang juga Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, mendapat sorotan publik terkait gelar doktor yang diraihnya. 

Beberapa pihak mempertanyakan durasi studi dan riset Bahlil yang terbilang singkat, yakni sekitar satu tahun tujuh bulan, sebelum dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude.

Teguh Dartanto, co-promotor disertasi Bahlil, menjelaskan bahwa Bahlil memenuhi syarat untuk mendaftar program doktoral di Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) setelah menyelesaikan studi Magister Ilmu Ekonomi dari Universitas Cenderawasih (UNCEN) pada tahun 2009. 

Teguh Dartanto menjelaskan bahwa Bahlil sempat bertanya kepada dirinya mengenai program S3 Universitas Indonesia (UI), sehingga ia menyarankan untuk mengambil S3 jalur riset di SKSG UI. Teguh menyarankan Bahlil untuk tidak mengambil S3 di FEB UI, sebab harus mengikuti kuliah terstruktur di semester pertama pada hari kerja.

"Bahlil memenuhi syarat untuk mendaftar S3 di SKSG UI karena telah lulus Magister Ilmu Ekonomi dari UNCEN pada 2009. Saya melihat ijazah yang ter-scan di sistem SKSG UI. Informasi di PDDIKTI mengenai BL yang dianggap mengundurkan diri kurang akurat. Bahlil telah menempuh 4 semester, sesuai dengan Peraturan Rektor No. 26/2022, sehingga layak untuk maju ke tahap promosi," terang Teguh.

Baca Juga: Bahlil Lahadalia Janji Akan Naikkan Tukin Pegawai Kementerian ESDM

Lebih lanjut, Teguh juga menanggapi isu yang menyebut bahwa Bahlil lulus dengan jurnal predator. Ia menegaskan bahwa Bahlil memenuhi syarat publikasi yang ditetapkan UI, yakni satu jurnal internasional bereputasi, satu jurnal SINTA 2, dan satu prosiding yang bisa diganti menjadi jurnal SINTA 2. 

"Pemberitaan terkait jurnal predator pada bulan Juli 2024 sudah diselesaikan oleh SKSG sejak Maret-April 2024. Bahlil harus menulis ulang di jurnal lain untuk syarat kelulusan. Tidak benar bahwa Bahlil lulus dengan jurnal predator," ujarnya.

Sementara itu, salah satu penguji Bahlil yakni Prof. Dr. Arif Satria, mengaku bahwa dirinya diminta dan bersedia menjadi penguji. Kebersediaan Arif karena ia meyakini Universitas Indonesia sebagai perguruan tinggi ternama pasti menjaga reputasi dengan sistem penjaminan mutu yang kuat. 

"Saya sering menjadi penguji S3 di UI dan untuk sampai pada sidang promosi melalui tahapan panjang yang ketat. Hal ini juga disampaikan oleh pimpinan sidang kepada promotor, co promotor maupun penguji sebelum acara dimulai, bahwa sidang promosi pak Bahlil sudah sesuai prosedur di UI. Bahwa masa studi S3 selama 4 semester juga sesuai aturan UI. Dijelaskan pula bahwa artikel jurnal yang digunakan sebagai syarat untuk S3 sesuai ketentuan," kata Arif menjelaskan.

Baca Juga: Bahlil Lahadalia: Indonesia Akan Bangun Industri LPG Domestik

Di sisi lain, isu lain muncul terkait tuduhan plagiarisme pada disertasi Bahlil. Disertasi tersebut dituduh memiliki tingkat kesamaan mencapai 95% dengan karya mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan hasil pemeriksaan dengan aplikasi Turnitin. 

Menanggapi hal tersebut, pihak UIN melalui laman resmi mereka menjelaskan kronologi dan temuan plagarisme tersebut adalah karena adanya kesalahan internal mereka. UIN menjelaskan bahwa seorang mahasiswa doktoral sekaligus dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memeriksa keaslian disertasi Bahlil melalui akun Turnitin kampus dan mendapatkan hasil similarity sebesar 13%.

"Kondisi ini memunculkan kesan yang salah bahwa Menteri Bahlil menjiplak karya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini terjadi karena disertasi Menteri Bahlil pernah diunggah ke repository Turnitin dan dianggap sebagai dokumen terdaftar. Ketika lima orang dari berbagai perguruan tinggi melakukan pengecekan ulang, mereka memperoleh hasil similarity antara 95% hingga 100%. Hasil uji ini kemudian tersebar di media sosial dan semakin memperkuat kesalahpahaman tersebut," ujar pihak UIN.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: