Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Mesti Percepat Bauran EBT: Peningkatan Hanya 0,84% di 2024

Indonesia Mesti Percepat Bauran EBT: Peningkatan Hanya 0,84% di 2024 Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Indonesia terus melancarkan berbagai upaya untuk meningkatkan utilisasi energi baru terbarukan guna mencapai target Enhance-Nationally Determined Contribution (E-NDC) sebesar 31,89% di tahun 2030 dan menuju Net Zero Emission di tahun 2060. 

Meski begitu, realisasi bauran energi baru terbarukan (EBT) di RI cenderung lambat. Awalnya RI menargetkan bauran EBT di tahun 2025 sebesar 23%. Faktanya hingga detik ini kapasitas EBT terpasang hanya mencapai 13, 93% atau sebesar 14,1 Gigawatt (GW). Artinya dalam satu tahun terakhir peningkatan bauran EBT hanya mencapai 0,84% dari capaian tahun 2023 sebesar 13,09%.

Baca Juga: ESDM: Realisasi Investasi EBT Capai US$1,49 Miliar

”Peningkatan bauran dari energi baru terbarukan sebesar 13,93% pada minggu lalu. Kita hitungannya seperti itu, mudah-mudahan nanti ada Commercial Operation Date (COD) di akhir-akhir, dua minggu ini, sehingga bisa menambah persentase bauran tersebut. Lalu tambahan pembangkit energi baru terbarukan ini sebesar 547,4 MW. Sehingga total kapasitas pembangkit EBT saat ini mencapai 14,1 GW,” kata Direktur Jenderal Energi Baru & Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi di Jakarta, Selasa (17/12/2024).

Melansir data Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, kapasitas pembangkit EBT yang terpasang berdasarkan jenis energi, status Oktober 2024 sebesar 14.034,50 MW (belum termasuk tambahan 547,4 MW) yakni: PLTA 5.872,07 MW, PLTM 925,00 MW, PLTMH 51,06 MW, PLTP 2.597,51 MW, PLTS 244,00 MW. Lalu, PLTS Atap 304,48 MW, PLTB 152,30 MW, PLTBm 3.252,76 MW, PLTBg155,84 MW, PLTSa36,47 MW, PLTS Terapung 193,01 MW, dan PLTGB250,00 MW.

Kapasitas terpasang tersebut dilaporkan telah berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 147,61 Juta Ton CO2 dan intensitas Energi Primer 0,97 SMB/Miliar Rp. Angka penurunan emisi ini meningkat dibanding tahun 2023 yang mencapai 127,67 juta ton CO2e.

Komitmen Capai Bauran EBT Perlu Ditingkatkan

Gembar-gembornya, Pemerintah menargetkan utilisasi EBT akan mencapai 23% di tahun 2025. Namun karena sulit tercapai, Dewan Energi Nasional (DEN) menata ulang target bauran energi baru terbarukan (EBT) pada 2025 menjadi 17% sampai 19%. Target ini masuk dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN).

Di lain sisi, peningkatan EBT telah terbukti menciptakan multiplier effect disamping mereduksi emisi karbon secara masif juga sukses menciptakan lapangan kerja hijau (Greenjobs). 

Eniya mencatat, realisasi bauran EBT sebesar 13,93% tahun ini telah mampu menciptakan lapangan kerja baru bagi sekitar 13.200 orang.

”Dengan adanya capaian tersebut kita bisa mendapatkan ciptaan lapangan kerja baru sebesar 13.200 green jobs,” tuturnya.

Eniya mengatakan, akselerasi EBT di RI selama ini memang sering terbentur salah satunya oleh aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). 

Pihaknya pun mengatur siasat ulang dengan menerbitkan Permen ESDM No 2 Tahun 2024 tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dan Permen ESDM No 11 Tahun 2024.

Terbitnya aturan ini telah memberi secercah cahaya untuk peluang masuknya investasi EBT. Yang paling mencolok pertumbuhannya dari aturan ini ialah investasi di sektor Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP). 

"(Regulasi) ini telah mendobrak. Dalam beberapa minggu terakhir, proyek-proyek PLTP dan PLTS Alhamdulillah berhasil sudah berkontrak, (berkat) debottlenecking dari Permen No 11 Tahun 2024. Investasi di sektor ini mencapai US$609 juta," jelas Eniya.

Baca Juga: CWIG Soroti Peralihan Pengawasan Keuangan Digital Dari Bappebti ke OJK Terutama Soal Koin Kripto Anak Bangsa

Peningkatan bauran EBT juga merupakan salah satu asta cita dari visi Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada energi dan mengurangi beban devisa impor energi fosil yang selama ini terus membebani kas negara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: