Indeks Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan penguatan pada perdagangan di Senin (23/12). Adanya sejumlah faktor baru membuat investor optimis meski beberapa waktu lalu data inflasi lebih rendah dari ekspektasi.
Dilansir Selasa (24/12), indeks dolar yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama dunia tercatat naik 0,24% menjadi 108,05 atau mendekati level tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Baca Juga: Nataru Tiba, Menguatnya Wall Street Bikin Investor Saham Bahagia
Chief Market Strategist Bannockburn Global Forex, Marc Chandle mengatakan perbedaan kebijakan antar bank sentral menjadi kunci penguatan dolar dalam perdagangan kali ini.
Ia menyoroti bagaimana data inflasi dengan data ekonomi terbaru memberikan sinyal terkait dengan penahanan suku bunga serta mendorong adanya kenaikan imbal hasil obligasi AS.
"Ketika Powell beralih fokus dari pengangguran ke inflasi, itu membingungkan pasar," kata Chandler.
Data Conference Board menunjukkan penurunan ke 104,7 pada Desember dari 112,8 pada November. Hal ini mencerminkan kekhawatiran tentang kondisi bisnis di masa depan.
Meski begitu, pengesahan anggaran pengeluaran oleh kongress juga telah mencegah potensi penutupan pemerintahan serta meningkatkan kepercayaan investor.
Baca Juga: Tak Ikuti Logam Mulia Lainnya, Harga Emas Terkoreksi Jelang Nataru
Adapun pasar memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 33 basis poin pada tahun depan, lebih rendah dari proyeksi Fed yang memperkirakan dua kali penurunan masing-masing 25 basis poin. Penurunan suku bunga lebih lanjut kemungkinan terjadi pada Mei 2025.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement