Dolar Amerika Serikat (Dolar AS) mengalami koreksi yang tajam dalam perdagangan di Senin (6/1). Indeks Dolar tercatat mengalami penurunan hingga 0,7% menjadi 108,23. Hal ini rupanya tidak terlepas dari kekhawatiran perkembangan ekonomi di AS.
Kepala Ahli Strategi Pasar Corpay Toronto, Karl Schamotta menyebut bahwa koreksi ini terjadi menyusul arah kebijakan proteksionisme yang digadang-gadang akan diambil oleh Donald Trump.
Baca Juga: Karcher Indonesia Pamerkan Solusi Pembersih di Big Bang 2024
Kebijakan tarif impor yang tinggi tengah menjadi perhatian menyusul adanya kabar bahwa kebijakan tersebut tak seketat yang diperkirakan sebelumnya. Namun hal tersebut langsung dibantah oleh Trump. Ia bahkan menegaskan penerapan kebijakannya soal tarif impor tak akan berubah.
Akibatnya pasar tengah menjadi waspada dan mengalami votalitas yang cukup tinggi. Pergerakan sejumlah pasar akan bergantung terhadap kebijakan yang benar-benar akan diambil oleh Trump.
“Ancaman Trump disebut lebih keras daripada tindakan sebenarnya. Jika laporan tentang kebijakan tarif moderat dikonfirmasi, hal tersebut akan mempercepat reli aset berisiko dan penurunan dolar serta imbal hasil obligasi," ujar Karl, dilansir Selasa (7/1).
Adapun Federal Reserve (The Fed) terus memberikan sinyal bahwa pihaknya akan berhati-hati dalam menurunkan suku bunga dengan mempertimbangkan ekonomi yang solid dan inflasi yang masih tinggi. Minggu ini akan muncul pernyataan yang dinantikan oleh pasar dari bank sentral.
Baca Juga: Kinerja Raksasa Chip Dunia Kerek Saham Teknologi di Bursa Eropa
Tidak hanya itu, investor juga menantikan sejumlah data ekonomi seperti data lowongan pekerjaan, data tenaga kerja hingga risalah pertemuan dari The Fed. Data-data ini akan menjadi gambaran untuk pasar terkait dengan arah pergerakan ekonomi dari AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement