Harga logam mulia bergerak secara bervariasi pada penutupan perdagangan di Rabu (8/1). Meski begitu, harga emas naik cukup signifikan menyusul adanya harapan bahwa kebijakan moneter akan sedikit dilonggarkan oleh Federal Reserve (The Fed)
Dilansir Kamis (9/1), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah harga logam mulia global. Perak menjadi komoditas dengan kenaikan harga yang signfikan dalam sesi perdagangan kali ini:
- Emas Spot: Naik 0,4% ke level US$2.659,16 per ounce.
- Kontrak Berjangka Emas Amerika Serikat (AS): Menguat 0,4% ke US$2.676,90 per ounce.
- Perak: Menguat 0,7% ke US$30,20 per ounce.
- Platinum: Melemah 0,2% ke US$948,58 per ounce.
- Palladium: Anjlok 0,9% ke US$917,65 per ounce.
Kepala Strategi Komoditas TD Securities, Bart Melek mengatakan kenaikan harga emas kali ini menyusul laporan melemahnya tambahan pekerjaan dalam sektor swasta. ADP National Employment menunjukkan data terkait hanya mencapai 122.000 di Desember 2024. Capaian ini tercatat lebih rendah dari ekspektasi pasar yang sebesar 140.000.
“Data pekerjaan yang lebih rendah menunjukkan ekonomi lebih lemah dari perkiraan,” ujar Bart Melek.
Adapun klaim pengangguran mingguan tercatat 201.000. Capaian ini lebih rendah dari ekspektasi 218.000. Hal ini memberikan sinyal campuran tentang kondisi pasar tenaga kerja.
Meskipun begitu, pasar kini memiliki sedikit harapan bahwa bank sentral akan memperlambat kenaikan suku bunga dan memicu kenaikan harga emas. Emas yang tidak memberikan imbal hasil bunga biasanya lebih menarik saat kebijakan suku bunga rendah.
Kini pasar menunggu data penunjang selanjutnnya yakni Laporan Non-Farm Payrolls (NFP). Pasar berharap data ini tak mencapai ekspektasi pasar yang sebesar 163.000. Dengan capaian tersebut, harga emas bisa kembali terkerek naik namun jika sebaliknya, maka harga emas akan tertekan.
“Faktor utama selanjutnya adalah laporan NFP. Jika hasilnya jauh lebih tinggi dari perkiraan, itu bisa jadi buruk bagi emas,” tambah Melek.
Baca Juga: MIND ID Raih Anugerah Pelopor Hilirisasi dan Tambang Berkelanjutan
Adapun dari sisi lainnya, pasar tengah waspada terkait dengan wacana penerapan kebijakan tarif impor baru yang akan diterapkan oleh Donald Trump. Kebijakan tarif berpotensi memicu inflasi yang mana akan membatasi ruang gerak dari The Fed.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement