Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

DBS Ungkap Prospek Harga Komoditas: Emas dan Minyak Akan Ditekan Efek Trump?

DBS Ungkap Prospek Harga Komoditas: Emas dan Minyak Akan Ditekan Efek Trump? Kredit Foto: DBS
Warta Ekonomi, Jakarta -

DBS Indonesia buka suara terkait dengan pergerakan harga komoditas seperti logam mulia dan minyak global. Semua komoditas diprediksi kuat akan terkenda dampak kebijakan yang akan dibawa oleh Donald Trump.

DBS Chief Investment Officer, Hou Wey Fook mengatakan bahwa perekonomian barat tengah mengalami dinamika yang patut menjadi sorotan tak hanya karena berhasil mengendalikan inflasi tanpa resesi namun juga arah kebijakan yang diberikan oleh Donald Trump.

Baca Juga: Hartadinata Abadi dan Pegadaian Bersinergi Menjadi Pemain Kunci dalam Ekosistem Emas di Indonesia

"Saat kami melihat perekonomian mereka, kami melihat tanda-tanda kuat adanya pengendalian ekonomi yang kuat dengan inflasi terkendali tanpa resesi," ungkapnya dalam DBS Chief Investment Officer (CIO) Insights 1Q25 dengan tajuk “Game Changers” di Senin (13/1).

Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan menurunkan suku bunga lebih lambat dari ekspektasi sebelumnya menyusul data perekonomian terbaru dari AS. Hal ini juga belum termasuk dengan efek yang akan ditimbulkan oleh arah kebijakan yang akan diambil oleh Trump.

Fook mengatakan bahwa sosok presiden terpilih itu memiliki kekuatan yang tinggi untuk meloloskan sejumlah kebijakan yang dapat memberikan efek besar terhadap pasar global termasuk harga logam mulia global. Kebijakan-kebijakan tersebut mulai dari pemotongan pajak dalam skala besar, defisit fiskal hingga tarif impor baru.

"Pemerintahan Trump kini memiliki mandat jelas dan kekuatan besar untuk mendorong agenda kebijakan apa pun di Capitol Hill," ungkapnya.

Fook mengatakan kebijakan tarif baru berpotensi menimbulkan kekhawatiran terkait perang dagang yang mana akan mengerek harga komoditas termasuk emas dalam jangka pendek meski terdapat koreksi akibat menguatnya mata uang dari Dolar AS.

"Tetap optimistis terhadap emas, yang menguat secara struktural akibat peningkatan defisit fiskal kendati ada konsolidasi baru-baru ini," jelas Fook.

Fook juga mendorong investor untuk melakukan diversifikasi aset dengan melakukan pendekatan portofolio yang melibatkan aset privat dan publik. Ia juga mendorong pasar untuk mempertimbangkan aset semi-likuid untuk mengelola likuiditas.

"Potensi kenaikan tarif dapat menimbulkan risiko permintaan untuk logam industri dan komoditas pertanian, sementara agenda ketahanan energi akan membatasi harga minyak. Kopi dan kakao terus unggul karena permintaan global tetap tinggi di tengah tantangan pasokan," ungkapnya.

Baca Juga: Lawan Data Ekonomi, Arah Kebijakan Donald Trump Kerek Harga Emas

Baca Juga: Jual 23,20 Juta Saham Emiten Pizza Hut (PZZA), DBS Bank Raup Rp4,71 Miliar

Kebijakan Trump akan masih belum dapat dibaca dengan jelas oleh pasar. Hal ini membuat pasar diliputi kekhawatiran besar soal kesinambungan fiskal hingga kemungkinan perang dagang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Aldi Ginastiar
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: