Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita Nelayan Batam Berburu Ikan Dingkis di Tengah Teror Buaya Penangkaran Lepas

Cerita Nelayan Batam Berburu Ikan Dingkis di Tengah Teror Buaya Penangkaran Lepas Kredit Foto: Romus Panca

Salah satu nelayan H. Salam mengakui bahwa tahun ini hasil tangkapan nelayan bisa dibilang menurun drastis. Sebab, ada isu buaya lepas yang sedikit membuat nelayan khawatir.

“Tahun ini tangkapan nelayan, khususnya ikan dingkis sangat berkurang. Mukin disebabkan cuaca dan kabar buaya penangkaran yang lepas ke laut membuat nelayan tidak leluasa mencari ikan tersebut,” katanya, Selasa (28/1/25).

Pria paruh baya yang akrab disapa Kampos ini menjelaskan, untuk pasar lokal penjualan jenis ikan dingkis sangat mudah dan untuk kebutuhan ekspor ke Singapura juga memiliki harga ekonomis yang tinggi.

“Kalo penjualan tidak susah, karena momen tahun baru Imlek jenis ikan ini sangat diburu masyarakat Tionghoa sebagai hidangan tradisi bagi keluarga yang membawa berkah menurut kepercayaan mereka,” ujarnya. 

Tayib mengaku, ketiadaan ikan dingkis tahun ini sedikit disebabkan oleh cuaca ekstrim yang mengakibatkan air laut keruh. Ditambah nelayan takut menyelam di kelong, lantaran banyak penampakan buaya di pesisir Batam.

“Hasil tangkapan ikan dingkis tahun 2025 ini, jauh dari tahun sebelumnya. Biasa nelayan pada H-2 Imlek sudah menghasilkan 60 Kg per kelong setiap hari. Kali ini hanya 11 Kg per kelong, bahkan hanya beberapa ekor saja hasil tangkapan nelayan per hari,” terangnya.

Baca Juga: PIS Turun Tangan Mewujudkan Ekonomi Hijau untuk Nelayan di Bali

Kepala Dinas Perikanan Kota Batam Yudi Admaji mengatakan, ikan dingkis identik dengan perayaan Imlek di Batam, Kepulauan Riau dan negara tetangga. Jenis ikan ini juga sebagai komoditas ekspor unggulan di Batam. 

"Ikan ini sebenarnya ada sepanjang tahun, tapi biasanya akan migrasi ke pesisir untuk bertelur saat menjelang perayaan imlek. Menariknya ikan ini jarang dibudidayakan nelayan dan juga tidak bisa diburu secara berlebihan karena berada dilaut dalam," katanya. 

Menurut Yudi, meski ikan ini diburu pada saat ingin bertelur, tetapi alat tangkap nelayan terbilang sangat tradisional dan dipastikan tidak mengancam habitat ataupun merusak ekosistem laut. Sebagai penyumbang devisa, ikan dinggis juga  tercatat miliki nilai ekspor yang signifikan. 

"Dari data Karantina tahun 2024, tercatat nilai ekspor ikan dingkis ke Singapura mencapai 1.158.874 kilogram dengan nilai Rp17,2 miliar. Puncak nilai ekspor biasa terjadi di bulan Februari-Maret setiap tahun, lantaran ada perayaan Imlek dan tingginya permintaan pasar global," ujarnya. 

Yudi memastikan, perburuan ikan oleh nelayan menggunakan alat tangkap yang masih tradisional dan ramah lingkungan untuk menjaga kelestariannya. Jenis ikan ini secara turun-temurun juga menjadi sumber pendapatan nelayan saat perayaan Imlek setiap tahunnya sehingga patut dijaga. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Romus Panca
Editor: Belinda Safitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: