Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Kembali Naik Setelah Merosot ke Level Terendah, Ini Pemicunya

Harga Minyak Kembali Naik Setelah Merosot ke Level Terendah, Ini Pemicunya Kredit Foto: Kementerian ESDM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada perdagangan Selasa sore (28/1/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (29/1/2025) WIB, harga minyak mentah dunia naik setelah sempat merosot ke level terendah dalam beberapa minggu belakangan.

Kebijakan tarif baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan ketegangan di pelabuhan minyal Libya menjadi pemicu kenaikan harga minyak mentah dunia tersebut.

Baca Juga: Bursa Saham Asia Bergerak Beragam Akibat Terobosan AI Tiongkok, Ada yang Tertekan hingga Gemilang!

Dilansir dari CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchang naik 60 sen atau 0,82% menjadi US$73,77 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent di London ICE Futures Exchange, bertambah 41 sen atau 0,53%, mencapai US$77,49 per barel. Kenaikan ini terjadi setelah harga Brent dan WTI turun ke level terendah sejak awal Januari.

Presiden Trump dikonfirmasi Gedung Putih akan tetap memberlakukan tarif 25% untuk impor dari Kanada dan Meksiko mulai Sabtu. Selain itu, tarif baru untuk Tiongkok juga sedang dipertimbangkan. Kebijakan ini memicu kekhawatiran pasar bahwa arus energi lintas perbatasan AS bisa terganggu.

Di Libya, ekspor minyak di pelabuhan Es Sider dan Ras Lanuf sempat terhenti akibat aksi protes lokal, ini berpotensi mengancam 450 ribu barel minyak per hari, tapi situasi membaik setelah eskpor dipastikan normal kembali oleh perusahaan minyak nasional Libya.

Sementara itu, melemahnya data manufaktur Tiongkok turut menekan harga minyak. Pada Januari aktivitas manufaktur mengalami kontraksi yang tak terduga yang menambah kekhawatiran tentang prospek permintaan minyak dari negara pengimpor minyak terbesar dunia itu.

Pasokan minyak ke Tiongkok juga diperkirakan akan terpengaruh sanksi baru AS terhadap perdagangan minyak Rusia, berapa kilang independen di Shandong bahkan menghentikan operasi karena kebijakan tarif dan pajak baru yang memperburuk kerugian mereka.

Tak hanya itu, suhu hangat di AS juga menjadi faktor yang menekan permintaan bahan bakar pemanas. Sebelumnya, cuaca dingin ekstrem sempat memicu lonjakan harga gas alam dan diesel.

Pasar minyak tetap waspada terhadap dampak kebijakan AS dan potensi gangguan suplai di masa depan. Ashley Kelty, Analis Panmure Liberum memperingatkan bahwa ketidakpastian ini akan terus membayangi pasar hingga ada kejelasan lebih lanjut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: