Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Prediksi The Fed Pangkas Suku Bunga Hanya Sekali di 2025, Ini Sebabnya!

BI Prediksi The Fed Pangkas Suku Bunga Hanya Sekali di 2025, Ini Sebabnya! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Banda Aceh -

Bank Indonesia (BI) memperkirakan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR) hanya akan dipangkas satu kali pada semester II 2025. Proyeksi ini berbeda dari perkiraan sebelumnya yang mengantisipasi lebih banyak pemangkasan suku bunga.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, menjelaskan bahwa perlambatan penurunan suku bunga The Fed disebabkan oleh kebijakan yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump.

"Kita berpikirkan juga di Bank Indonesia akan lebih sedikit atau lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan semula. Kita berpikir ke depan FFR akan cut satu kali di 2025 ini yang dilakukan di semester II," kata Juli dalam Pelatihan Wartawan BI di Banda Aceh, Jumat (7/2/2025).

Baca Juga: Waspada! BI Nilai Perang Dagang AS-China Bisa Jadi Berkah Sekaligus Petaka bagi RI

Menurut Juli, kebijakan tarif yang diterapkan Trump berisiko memicu inflasi di AS dan meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global. Selain itu, pemotongan pajak bagi sektor korporasi di AS juga dinilai dapat memperburuk situasi. Insentif pajak ini berpotensi mendorong permintaan yang lebih tinggi dan berujung pada lonjakan inflasi.

“Tax ini implikasinya dua, karena dia mendorong pertumbuhan ekonomi, ya tentunya juga akan meningkatkan inflasi. Tetapi di sisi lain karena dia memotong tax berarti defisitnya meningkat yang berarti harus melakukan pembiayaan lebih besar,” imbuh Juli.

Baca Juga: BI Ungkap Dampak Besar Kebijakan Trump, Mulai dari Inflasi Hingga Raibnya Aliran Modal Jauhi

Lebih lanjut, kebijakan pajak yang diterapkan juga berkontribusi terhadap peningkatan defisit fiskal dan kenaikan imbal hasil obligasi AS (yield). Kondisi ini membuat aset keuangan AS lebih menarik bagi investor global, sehingga mendorong pergeseran aliran modal internasional dan meningkatkan ketidakpastian di pasar global.

"Selain FFR, tadi juga tax itu berdampak ke defisit fiskal dan ke yield, yield-nya juga akan lebih tinggi. Sehingga imbal hasil di AS akan lebih menarik. Dan ini yang mengakibatkan ketidakpastian di pasar global," pungkas Juli.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: