Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Emas Dekati Puncaknya Lagi, China-AS Tak Menunjukkan Hilal Negosiasi

Harga Emas Dekati Puncaknya Lagi, China-AS Tak Menunjukkan Hilal Negosiasi Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Logam mulia terus bergejolak menyusul harga emas yang mencatat kenaikan dalam penutupan perdagangan pekan lalu di Jumat (7/2). Hal tersebut tidak terlepas dari kekhawatiran investor menyusul gejolak perang dagang yang terjadi akibat ulah dari China dan Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari CNBC International, Senin (10/2), berikut ini adalah catatan pergerakan harga sejumlah komoditas logam mulia dunia. Hampir semua komoditas utama mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan:

  • Emas spot: Naik 0,2% ke US$2.862,56 per ons.
  • Emas berjangka AS: Menguat 0,4% ke US$2.888,90 per ons.
  • Perak spot: Naik 0,7% ke US$32,41 per ons.
  • Platinum: Menguat 0,7% ke US$992,15 per ons.
  • Paladium: Turun 0,8% ke US$970,50 per ons.

Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger, mengatakan pasar tengah mengalami lonjakan permintaan terhadap aset lindung nilai atau safe-haven menyusul belum adanya sinyal negosiasi terkait kebijakan tarif antara China dan AS.

Langkah Presiden AS, Donald Trump yang tidak ingin terburu-buru berdiskusi dengan Presiden China, Xi Jinping terkait dengan kebijakan tarif perlahan mengikis ekspektasi bahwa kebijakan tarif antara kedua negara tersebut akan ditunda selama satu bulan seperti yang terjadi untuk Meksiko dan Kanada.

AS juga menambah kekhawatiran dengan kemunculan data perekonomian terbaru yang memberikan sinyal pemangkasan suku bunga lebih cepat oleh Federal Reserve (The Fed).

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS baru-baru ini hanya menunjukkan tambahan 143.000 pekerjaan di Januari 2025. Capaian tersebut lebih rendah dari perkiraan pasar yang sebesar 170.000. Adapun tingkat pengangguran hanya turun tipis ke 4% dari sebelumnya 4,1%.

Baca Juga: Diumumkan Pekan Ini, Sejumlah Negara Akan Kena Tarif Trump

Sinyal perlambatan ekonomi tersebut menguatkan ketidakpastian pasar di tengah ancaman perang dagang gegara kebijakan tarif. Meskipun ekonomi tergolong masih kuat, bank sentral tetap harus berhati-hati menyusul ketidakpastian ekonomi global.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: